Wamenparekraf Angela Sebut Adaptasi Digitalisasi Jadi Tantangan Industri Fesyen Muslim Indonesia

JAKARTA, vozpublica.id - Perkembangan industri fesyen Muslim Indonesia tak perlu diragukan. Berbagai pagelaran pekan mode fesyen Muslim, rutin diadakan setiap tahun.
Bahkan, sebelum pandemi Covid-19, data dari The State Gloval Islamic Economic 2018, menunjukkan pertumbuhan industri fesyen Muslim di Indonesia, ketiga terbaik di dunia setelah Turki dan Uni Emirat Arab dengan nilai konsumsi mencapai 21miliar dolar AS.
Meski demikian, bukan berarti industri fesyen Muslim Tanah Air tidak memiliki pekerjaan rumah.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo menyebutkan, zaman yang semakin canggih dengan dunia digitalisasi jadi tantangan ke depannya.
“Tantangan ke depannya bagi ekonomi kreatif, termasuk fesyen Muslim adalah adaptasi dan digitalisasi. Adanya pandemi ini, tantangannya adalah bagaimana industri kreatif termasuk industri fesyen Muslim, bisa beradaptasi lebih cepat dengan digitalisasi,” ujar Wamenparekraf Angela saat menghadiri Embracing Jakarta Fashion Muslim Week di Aquatic GBK, Senayan, Jakarta, Kamis (18/11/2021).
Angela memaparkan, jika dilihat dari catatan data. Sepanjang 2020, transaksi perdagangan digital Indonesia sudah mencapai lebih dari Rp253 triliun dan diperkirakan akan meningkat menjadi Rp330,7 triliun pada 2021.