Sapardi Djoko Damono Muncul di Google Doodle pada 20 Maret 2023, Siapa Dia?

JAKARTA, vozpublica.id - Sapardi Djoko Damono muncul di Google Doodle pada hari ini. Ilustrasi sosoknya yang mengenakan kaca mata serta topi khasnya sambil membawa buku dan payung di tengah rintik hujan bisa disaksikan jika mengakses Google.co.id atau Google.com.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan mengenai profilnya selama ini. Setelah ditelisik, Sapardi Djoko Damono ternyata seorang sastrawan kebanggaan Indonesia.
Adapun profil Sapardi Djoko Damono yang patut untuk diketahui adalah sebagai berikut.
Lahir dari ayah yang merupakan abdi dalem di Keraton Kasunanan Solo
Sapardi Djoko Damono lahir di Solo, Jawa Tengah, 20 Maret 1940. Anak sulung ini lahir dari pasangan suami istri Sadyoko dan Sapariah, dimana sang ayah adalah abdi dalem di Keraton Kasunanan.
Menurut pengakuannya, nama Sapardi diberikan padanya karena ia lahir di bulan Sapar menurut kalender Jawa. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Jawa, seseorang yang lahir di bulan Sapar akan tumbuh menjadi pribadi yang pemberani dan teguh pendirian.
Sejak kecil, Sapardi memang memiliki ketertarikan terhadap bidang seni. Sejak masih sekolah, karya-karyanya bahkan sering dimuat di majalah.
Dilansir dari situs Ensiklopedia Kemdikbud, Senin (20/3/2023), Sapardi Djoko Damono pernah menempuh pendidikan di SR (sekolah rakyat) Kraton "Kasatriyan", Baluwarti, Solo,. Setelahnya, ia melanjutkan ke SMP Negeri II Solo.
Seusai lulus SMA, Sapardi Djoko Damono berkuliah di Universitas Gadjah Mada dengan mengambil jurusan Sastra Inggris. Ia juga pernah mengambil studi ilmu sosial di University
of Hawaii, Amerika Serikat pada tahun 1970-1971.
Kemudian pada tahun 1989, Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra dengan disertasi yang berjudul ‘Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur’. Setelahnya, ia dinobatkan menjadi guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia pada tahun 1995.
Sapardi Djoko Damono pernah menjadi dosen tetap dan kepala jurusan Bahasa Inggris, IKIP Malang Cabang Madiun pada tahun 1964-1968. Lalu di tahun 1968 sampai 1973, ia kembali mengajar di Fakultas Sastra-Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang.
Setahun setelahnya, Sapardi Djoko Damono dipercaya menjabat sebagai dosen tetap di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Kariernya di UI terus melesat dengan menjadi Pembantu Dekan III (1979-1982), lalu sebagai Pembantu Dekan I (1982-1996) hingga menduduki posisi Dekan (1996-1999).
Tak hanya menjabat sebagai dosen hingga dekan, Sapardi Djoko Damono juga sempat menjabat di redaksi majalah sastra Horison (1973), sekretaris Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (sejak 1975), anggota Dewan Kesenian Jakarta (1977-1979), anggota redaksi majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, Jakarta (sejak 1983), dan masih banyak lagi.
Untuk mendukung bakat dan minatnya dalam sastra, Sapardi Djoko Damono sering mengikuti berbagai pertemuan internasional. Ia diketahui sempat hadir dalam Translation Workshop dan Poetry International di Belanda (1971), Seminar on Literature and Social Change in Asia di Australia National University (1978), dan lain-lain.