Gerald Vanenburg Kritik Penampilan Rafael Struick: Karena Minim Menit Bermain di Klub!

Pelatih asal Belanda itu menambahkan, hanya beberapa nama seperti Arkhan Fikri, Toni Firmansyah, dan kiper Cahya Supriadi yang cukup sering mendapat kepercayaan di klubnya. Sementara sebagian besar pemain lain hanya menjadi pelapis, sehingga kesulitan berkembang saat tampil di level internasional.
Vanenburg menekankan pentingnya jam terbang kompetitif bagi pemain muda. Menurutnya, dengan sering bermain, seorang pemain akan lebih memahami kelebihan dan kekurangan, baik dari sisi teknis maupun fisik.
“Mereka bisa berlatih, berkompetisi, mengetahui dari sisi fisiknya kelebihannya, kelemahannya dan itu menjadi level dari paling bawah pelan-pelan ke atas. Dan mereka perlu hanya bermain supaya bisa naik ke level ke atas,” jelasnya.
Sayangnya, pesan tersebut datang setelah Garuda Muda harus tersingkir dari persaingan. Satu gol cepat Hwang Doyun di menit ketujuh memanfaatkan umpan Lee Seungwon sudah cukup membawa Korea Selatan meraih kemenangan tipis 1-0 dan mengunci tiket ke putaran final.
Indonesia pun harus puas finis di bawah Taeguk Warriors. Setelah sebelumnya menang atas Makau dan imbang tanpa gol melawan Laos, kekalahan dari Korea Selatan menutup peluang Arkhan Fikri dan rekan-rekan untuk tampil di Piala Asia U-23 2026.
Kegagalan ini menjadi tamparan keras sekaligus peringatan bahwa regenerasi sepak bola Indonesia masih menghadapi persoalan mendasar: minimnya jam bermain untuk talenta muda. Kritik Vanenburg bisa menjadi momentum bagi PSSI dan klub-klub untuk serius memberi ruang berkembang bagi pemain U-23.
Editor: Abdul Haris