Badan Geologi Ungkap Penyebab Gempa Palu M 4,8, Dipicu Aktivitas Sesar Aktif

JAKARTA, vozpublica.id – Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan gempa Palu dengan magnitudo 4,8 yang terjadi, Rabu (3/9/2025) pagi pukul 06.51 WIB. Gempa tersebut diakibatkan aktivitas sesar aktif dengan mekanisme sesar normal (normal fault). Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Hasil analisis BMKG, guncangan gempa bumi ini dirasakan di Kota Palu dengan intensitas III-IV MMI (Modified Mercalli Intensity), Parigi dengan intensitas IV MMI, dan Poso III MMI.
“Daerah ini terletak pada Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi menengah hingga tinggi. Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami karena tidak menyebabkan deformasi bawah laut,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, dalam keterangan resminya.
Dia mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 0,88°LS - 120,28° BT, berjarak 44 km di sebelah timur laut Palu, Sulawesi Tengah, dengan magnitudo M4,8 (update) pada kedalaman 10 km.
Menurut The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, pusat gempa bumi berada pada koordinat 0,970° LS - 120,344° BT, dengan magnitudo M5,0 pada kedalaman 45.8 km.
“Berdasarkan GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman, pusat gempa bumi berada pada koordinat 0,89° LS - 120,45° BT, dengan magnitudo 4,8 mb pada kedalaman 10 km,” ujarnya.
Dia menuturkan, lokasi pusat gempa bumi berada di laut, dengan morfologi wilayah sekitar didominasi oleh perbukitan bergelombang serta pantai berteluk dengan morfologi datar-landai. Litologi penyusun wilayah ini didominasi oleh batuan kapur berumur tersier, batuan sedimen berupa atupasir tufaan berumur kuarter dan endapan aluvial berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung hanya tersingkap di muara sungai.
“Batuan yang telah mengalami pelapukan dan/atau sedimen permukaan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi,” kata Wafid.
Kekerasan batuan permukaan dipengaruhi oleh umur dan jenis batuan. Batuan yang berumur lebih muda atau yang telah mengalami pelapukan mempunyai kekerasan lebih rendah begitu juga sebaliknya.