5 Contoh Teks Argumentasi tentang Sampah, Inspirasi Menulis Esai dan Artikel Lingkungan

JAKARTA, vozpublica.id - Inilah 5 contoh teks argumentasi tentang sampah penting dipahami karena persoalan sampah bukan sekadar urusan kebersihan, melainkan juga menyangkut kesehatan, lingkungan, hingga masa depan generasi mendatang. Sampah yang menumpuk tanpa dikelola dengan baik dapat menyebabkan banjir, pencemaran udara, penyebaran penyakit, bahkan memperburuk krisis iklim. Karena itu, isu ini perlu dibahas dengan pendekatan argumentatif, agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya solusi nyata.
Sebelum masuk pada contoh, kita perlu memahami dulu apa itu teks argumentasi.
Menurut buku Bahasa Indonesia: Wahana Pengetahuan (Kemendikbud, 2017), teks argumentasi adalah teks yang berisi pendapat atau alasan yang disertai bukti, data, dan fakta untuk meyakinkan pembaca tentang suatu hal. Tujuannya bukan sekadar menyampaikan opini, melainkan juga memengaruhi cara berpikir pembaca agar sepakat dengan pandangan penulis.
Dengan memahami hal ini, kita bisa lebih mudah menyusun teks argumentasi yang kuat tentang isu-isu lingkungan, salah satunya persoalan sampah.
Sampah plastik menjadi masalah serius karena sulit terurai secara alami. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah setiap tahun, dan sekitar 17% di antaranya adalah plastik.
Sampah plastik berbahaya karena mencemari sungai, laut, dan tanah. Hewan laut sering kali menelan plastik, yang akhirnya bisa masuk kembali ke rantai makanan manusia. Oleh karena itu, penggunaan plastik sekali pakai perlu dikurangi. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama, misalnya dengan membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minum isi ulang, dan mendukung kebijakan pengurangan plastik di pusat perbelanjaan.
Dengan demikian, mengurangi penggunaan plastik bukan sekadar gaya hidup modern, tetapi kebutuhan mendesak untuk menjaga bumi.
Sampah rumah tangga adalah penyumbang terbesar volume sampah di Indonesia. Ironisnya, masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan, bahkan ke sungai. Akibatnya, sungai tersumbat dan menimbulkan banjir.
Jika setiap keluarga mau melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah, persoalan ini bisa teratasi. Misalnya, sampah organik dapat dijadikan kompos, sementara sampah anorganik bisa dijual ke bank sampah. Dengan cara sederhana ini, volume sampah yang berakhir di TPA akan berkurang drastis.
Jadi, pengelolaan sampah rumah tangga sebenarnya tidak rumit, asalkan ada kesadaran dari masyarakat dan dukungan kebijakan pemerintah.
Sekolah adalah tempat pendidikan, sehingga harus memberi contoh pengelolaan sampah yang baik. Namun, banyak sekolah masih menghasilkan sampah plastik sekali pakai dari jajanan siswa. Jika tidak ada aturan, sampah ini akan menumpuk di halaman sekolah dan mencemari lingkungan sekitar.
Pihak sekolah seharusnya membuat program sadar lingkungan, misalnya kantin wajib menggunakan wadah ramah lingkungan, siswa membawa botol minum sendiri, serta adanya lomba kebersihan kelas. Guru juga berperan penting memberikan edukasi tentang dampak buruk sampah kepada murid.
Dengan begitu, sekolah bukan hanya tempat belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga tempat menanamkan kebiasaan hidup bersih dan peduli lingkungan.