Get vozpublica App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Tolak Privatisasi PAM Jaya, Partai Perindo DKI Jakarta: Jangan Jadikan Air Bersih Barang Dagangan
Advertisement . Scroll to see content

Korban Gempa Myanmar Kekurangan Makanan hingga Air Bersih

Rabu, 02 April 2025 - 07:20:00 WIB
Korban Gempa Myanmar Kekurangan Makanan hingga Air Bersih
Korban gempa Myanmar kekurangan makanan, air, hingga tempat berlindung setelah gempa dahsyat bermagnitudo 7,7 mengguncang negara tersebut pada Jumat lalu. (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

MANDALAY, vozpublica.id - Korban gempa Myanmar kekurangan makanan, air, hingga tempat berlindung setelah gempa dahsyat bermagnitudo 7,7 mengguncang negara tersebut pada Jumat lalu dan telah menewaskan lebih dari 2.700 orang. Perang saudara dapat mencegah bantuan bagi mereka yang membutuhkan.

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut, korban gempa di wilayah yang paling parah terdampak berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti akses ke air bersih dan sanitasi.

Sementara itu, Komite Penyelamatan Internasional (IRC) menyebut, tempat berlindung, makanan, air, dan bantuan medis dibutuhkan di tempat-tempat seperti Mandalay, wilayah episentrum gempa.

"Setelah mengalami teror gempa bumi, orang-orang sekarang takut akan gempa susulan dan tidur di luar di jalan atau di lapangan terbuka," ucap seorang pekerja IRC di Mandalay melansir CNBC International, Rabu (2/4/2025).

Perang saudara di Myanmar telah mempersulit upaya untuk menjangkau korban yang terluka dan kehilangan tempat tinggal akibat gempa terbesar di negara Asia Tenggara itu dalam satu abad.

Amnesty International mengatakan, junta militer perlu mengizinkan bantuan untuk menjangkau wilayah-wilayah negara yang tidak berada di bawah kendalinya. Kelompok pemberontak mengatakan, junta militer telah melakukan serangan udara setelah gempa bumi.

“Militer Myanmar memiliki praktik lama untuk menolak memberikan bantuan ke wilayah-wilayah tempat kelompok-kelompok yang menentangnya aktif,” ucap peneliti Amnesty International di Myanmar, Joe Freeman.

Follow WhatsApp Channel vozpublica untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
vozpublica Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program vozpublica.id Network. Klik lebih lanjut