JAKARTA, vozpublica.id - Tak terbayangkan sebelumnya oleh Revo, untuk bisa tinggal menetap di Ibu Kota. Lebih tak pernah terpikirkan lagi sebelumnya, jika dirinya bisa bekerja dan tinggal di Jakarta serta mendapatkan tempat tinggal yang sehat, murah dan memiliki fasilitas pendukung yang lengkap.
Pria yang bekerja sebagai tenaga honorer di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara selama 4 tahun ini, kemudian dimutasi ke Jakarta pada tahun 2018. Di tahun itu, dia berhasil pula lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan mulai bekerja di Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Direktorat Jenderal Perumahan, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR). Revo dan istri pun meninggalkan kampung halaman di Manado, untuk memulai hidup barunya di ibukota.
Saat itu dia sudah membayangkan kerasnya kehidupan di Jakarta bersama keluarga, terutama dari segi finansial. Wajar Revo berpikir panjang, karena saat itu dirinya dan istri baru pertama kali menjejakkan kaki di ibukota.
Menurut Revo, selama berstatus CPNS dia dan istri mengontrak rumah selama dua tahun. Per bulan dirinya harus keluar biaya sewa rumah sebesar Rp 2-4 juta. “Belum biaya listrik, transportasi dan juga kebutuhan yang lain,” ujarnya. Namun demikian, dirinya dan istri berusaha memenuhi semua pengeluaran rumah tangga dengan gaji yang diperoleh setiap bulan tersebut.
Karena itu Revo bagaikan mendapatkan durian runtuh ketika KemenPUPR membuka penawaran bagi PNS untuk menyewa unit di Rumah Susun (Rusun) Tingkat Tinggi yang diperuntukkan khusus untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) Pekerjaan Umum (PU), yang berlokasi di Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Tawaran itu pun langsung diambilnya. Setelah tinggal beberapa lama di rumah susun ini, manfaat utama yang diperoleh Revo dan pasangan adalah mampu menerapkan penghematan biaya.
Editor: Yudistiro Pranoto