Marmer Masjidil Haram Berasal dari Mana? Rahasia Lantai Selalu Dingin Meski Panas Menyengat

JAKARTA, vozpublica.id - Marmer Masjidil Haram berasal dari mana? Pertanyaan ini sering muncul di benak jamaah haji maupun umrah yang kagum melihat keindahan lantai dan dinding Masjidil Haram di Makkah.
Masjid terbesar di dunia ini tidak hanya istimewa karena menjadi pusat ibadah umat Islam, tetapi juga karena detail arsitekturnya yang begitu megah dan menawan.
Salah satu hal yang paling menarik perhatian adalah penggunaan marmer putih yang sejuk meski terpapar terik matahari. Namun, banyak yang belum mengetahui dari mana sebenarnya marmer ini berasal, bagaimana proses pengadaannya, serta keistimewaannya.
Masjidil Haram telah mengalami renovasi besar-besaran sejak masa kekhalifahan hingga pemerintahan modern Arab Saudi. Setiap renovasi bertujuan untuk memperluas kapasitas jamaah, memperindah arsitektur, dan meningkatkan kenyamanan. Salah satu material yang selalu mendapat perhatian khusus adalah marmer. Bahan ini dipilih bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga daya tahannya terhadap cuaca ekstrem di Makkah.
Pada masa modern, terutama setelah abad ke-20, penggunaan marmer semakin meluas, mencakup lantai pelataran, dinding, hingga pilar. Marmer yang digunakan tidak sembarangan, melainkan dipilih dari sumber terbaik dunia yang terkenal akan kualitas dan daya tahannya.
Dilansir dari berbagai sumber, marmer Masjidil Haram berasal dari Pulau Thassos di Yunani. Jenis marmer yang digunakan dikenal dengan nama marmer Thassos, yaitu marmer putih murni dengan sifat unik: tetap sejuk meski terpapar sinar matahari langsung.
Arab Saudi mulai mengimpor marmer Thassos sejak tahun 1978 untuk proyek renovasi besar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Marmer tersebut dibawa dalam bentuk bongkahan besar, lalu diproses di pabrik-pabrik khusus di Arab Saudi sebelum dipasang di lantai dan pelataran masjid.
Selain Yunani, ada juga laporan bahwa beberapa bagian masjid memanfaatkan marmer dari Italia dan Turki, tetapi marmer Thassos adalah material utama yang paling terkenal.
Tetap Sejuk di Bawah Terik Matahari
Salah satu fenomena yang membuat jamaah terkagum-kagum adalah lantai marmer Masjidil Haram yang tetap sejuk meski suhu Makkah bisa mencapai lebih dari 45°C. Hal ini terjadi karena marmer Thassos memiliki pori-pori alami yang mampu menyerap kelembaban pada malam hari dan melepaskannya di siang hari. Selain itu, sistem pendingin bawah tanah juga dipasang untuk menjaga kenyamanan jamaah.
Warna Putih yang Menenangkan
Warna putih bersih bukan hanya memberikan kesan suci dan megah, tetapi juga membantu menciptakan suasana tenang dan nyaman. Efek visualnya membuat masjid terlihat semakin luas dan bercahaya, terutama saat disinari lampu pada malam hari.
Tahan Lama dan Kokoh
Marmer Thassos dikenal dengan kualitas premium. Daya tahannya sudah teruji selama puluhan tahun meski jutaan jamaah menginjaknya setiap tahun. Permukaan marmer tetap mengilap tanpa kehilangan pesonanya.
Simbol Kemewahan dan Kehormatan
Pemilihan marmer dari Yunani mencerminkan betapa pentingnya Masjidil Haram sebagai pusat peribadatan umat Islam. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah Arab Saudi untuk memberikan yang terbaik bagi para jamaah.
Pemilihan marmer untuk Masjidil Haram tidak dilakukan sembarangan. Tim ahli geologi, arsitek, dan insinyur terlibat dalam proses seleksi untuk memastikan marmer memiliki kualitas premium. Setelah dipilih, marmer dipotong, dipoles, dan diuji sebelum dikirim ke Makkah.
Dalam pemasangannya, teknologi modern digunakan untuk memastikan marmer menempel sempurna. Ketebalan rata-rata slab marmer mencapai 5 cm dengan ukuran sekitar 120 × 60 cm. Kombinasi antara material alami berkualitas dan teknologi instalasi modern membuat lantai Masjidil Haram mampu bertahan dalam kondisi ekstrem sekaligus nyaman digunakan jamaah.