Viral Uya Kuya Bongkar Sisi Kelam PPDS, Kekerasan Fisik hingga Bayar Clubbing Rp500 Juta!

JAKARTA, vozpublica.id - Artis sekaligus anggota Komisi IX DPR RI Surya Utama alias Uya Kuya membongkar praktik tidak terpuji yang terjadi pada lingkup PPDS atau Program Pendidikan Dokter Spesialis.
Laporan yang diterimanya, ada oknum dokter senior melakukan perundungan atau bullying hingga berani melakukan pemerasan kepada juniornya.
Kejadian ini, menurut Uya Kuya, dialami oleh dokter PPDS Orthopaedi bernama Wildan Ahmad Furqon, mantan PPDS di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung (RSHS) yang sampai keluar dari pendidikannya karena mengalami perundungan fisik setiap malam.
"Dia sampai harus berdiri dengan satu kaki selama 3 jam, disuruh push up, jalan jongkok, merangkak. Dia juga harus mengangkat kursi lipat yang ada mejanya selama satu jam," kata Uya Kuya saat rapat kerja bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Komplek Parlemen, Senayan, belum lama ini.
Tak hanya mengalami perundungan fisik, Wildan juga mengaku kepada Uya Kuya diperas oleh seniornya.
"Dia disuruh bayarin servis mobil senior, disuruh bayarin clubbing. Biaya entertain yang harus dikeluarkan dari seorang Wildan ini sampai Rp500 juta untuk tiga semester," ungkap Uya Kuya.
"Dia sempat pulang karena istrinya melahirkan, (tapi dia malah) dihukum selama sebulan nginep di rumah sakit, tidak boleh kemana-mana. Dan sampai di rumah sakit, didorong di toilet, ditampar, dipukul," tambahnya.
Wildan, kata Uya Kuya, sempat 'speak up' terkait apa yang dialaminya. Tapi, sampai sekarang belum ada tindakan sama sekali dari pihak rumah sakit dan kampus untuk menyelesaikan masalahnya.
Tak hanya kisah Wildan, kejadian serupa juga dialami dokter PPDS Orthopaedi Universitas Gadjah Mada (UGM) bernama dokter Marcel. Dokter ini mengaku ke Uya dilempar botol, dipukul, lalu ditampar, bahkan sampai dipersekusi di dalam ruangan sempit dipukul beramai-ramai atas perintah kepala senior residen.
Salah satu pelaku pemukulan, kata Uya, adalah mantu dari rektor. "Dokter Marcel ini sampai harus keluar dari pendidikannya," ungkap Uya.
"Bayangkan di mana negara kita butuh sekali dokter spesialis, tapi mereka-mereka yang ingin sekolah, tapi harus keluar (dari PPDS-nya) setelah (mereka) mengeluarkan ratusan juta, tapi sia-sia," kata Uya.