Get vozpublica App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : SARGA.CO Siap Gelar IHR Cup II 2025 dan Sarga Festival di Payakumbuh
Advertisement . Scroll to see content

Analisis Dampak Perjanjian Tarif AS–Indonesia pada Neraca Perdagangan

Selasa, 02 September 2025 - 11:00:00 WIB
Analisis Dampak Perjanjian Tarif AS–Indonesia pada Neraca Perdagangan
(Foto Ilustrasi/dok Freepik)
Advertisement . Scroll to see content

Pada sisi impor dari AS, Indonesia kini membuka hampir 99 persen lini produk AS tanpa tarif serta menghapus hambatan non-tarif seperti persyaratan sertifikasi lokal, konten lokal, atau inspeksi prapengiriman. Hal ini memungkinkan produk seperti kendaraan bermerek AS, peralatan medis, bahan kimia, dan produk pertanian AS untuk memasuki pasar Indonesia lebih bebas.

Penurunan hambatan non-tarif ini bisa menekan harga konsumen, memperluas akses teknologi dan diversifikasi rantai pasok domestik. Sektor pertanian AS diproyeksikan akan meningkat ekspornya hingga 4,5 miliar Dolar AS, sementara energi AS bisa mencapai 15 miliar Dolar AS dalam komitmen pengadaan oleh Indonesia.

Penataan ulang struktur perdagangan semacam ini mengubah keseimbangan antara ekspor dan impor dalam jangka menengah. Jika sebelumnya neraca dagang mendukung rupiah, kini nilai tukar rupiah dapat dipengaruhi oleh peningkatan impor produk modal dan konsumsi dari AS. Namun di sisi lain, pembelian besar dalam energi dan pesawat Boeing senilai sekitar 15 miliar Dolar AS dan 50 unit pesawat Boeing menciptakan arus modal masuk signifikan dan potensi multiplier efek ekonomi domestik melalui investasi infrastruktur dan kepercayaan pasar.

Sektor energi dan mineral kritis menjadi pusat sorotan dalam kesepakatan ini. AS menuntut akses terhadap ekspor energi dan mineral dari Indonesia, sementara Indonesia menghapus pembatasan ekspor mineral kritis yang selama ini dikenakan. Hal ini penting bukan hanya untuk neraca perdagangan, tetapi juga mendukung posisi Indonesia sebagai pemasok global bahan baku sektor EV dan energi bersih. Perjanjian ini berpotensi meningkatkan nilai ekspor hilirisasi mineral dan mendatangkan investasi dalam pengolahan dalam negeri.

Dalam jangka pendek, dampak terhadap neraca perdagangan akan berupa surplus yang lebih moderat dibanding 2024, namun tidak merosot tajam seperti jika tarif mencapai 32 persen. Ekspor non-minyak mungkin akan mengalami pertumbuhan melambat, tetapi ekspor mineral, energi, dan pertanian tetap stabil.

Pada sisi lain, impor produk teknologi dan kendaraan meningkat, sementara arus masuk investasi juga tumbuh, termasuk proyek kilang modular senilai sekitar 8 miliar Dolar AS dengan mitra AS yang dapat memperkuat neraca oleh sisi produktif domestik.

Follow WhatsApp Channel vozpublica untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
vozpublica Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program vozpublica.id Network. Klik lebih lanjut