Get vozpublica App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Potret Prabowo Mampir ke Toko Buku di Washington DC, Beli Apa?
Advertisement . Scroll to see content

Sejarah Toko Gunung Agung yang Akan Tutup Seluruh Outlet Akhir 2023 setelah 70 Tahun Berdiri

Senin, 22 Mei 2023 - 08:17:00 WIB
Sejarah Toko Gunung Agung yang Akan Tutup Seluruh Outlet Akhir 2023 setelah 70 Tahun Berdiri
Sejarah Toko Gunung Agung yang akan tutup seluruh outlet akhir 2023 setelah 70 tahun berdiri. Foto: IG Gunung Agung
Advertisement . Scroll to see content

Dua tahun kemudian atau pada 1953, Tjio Wie Tay memperbesar usahanya menjadi firma. Namun ide tersebut ditolak Lie Tay San, sehingga dia mundur dari kongsi. Setelah itu, Firma Gunung Agung berdiri, ditandai dengan perhelatan pameran buku di Jakarta pada 8 September 1953.

Gunung Agung mampu memamerkan 10.000 buku yang merupakan jumlah fantastis pada masa itu, dengan modal Rp500.000. Pameran ini menjadi momentum awal bisnis Toko Buku Gunung Agung pada 1953. 

Setahun setelahnya, Tjio Wie Tay kembali memprakarsasi pameran buku lebih megah bernama Pekan Buku Indonesia 1954. Pada pameran ini, Gunung Agung (GA) memulai tradisi penyusunan bibliografi (daftar buku lengkap) dalam bentuk katalog. Bahkan, GA membentuk tim khusus bernama Bibliografi Buku Indonesia yang dipimpin Ali Amran, yang juga menjadi kepala bagian Penerbit PT Gunung Agung.

Sementara lewat pameran buku itu, Tjoe Wie Tay juga berkenalan dengan tokoh yang dikaguminya, yakni Sukarno dan Mohammad Hatta. Dari perkenalan itu, Gunung Agung dipercaya menggelar pameran buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa tahun 1954. 

Selanjutnya, Bisnis Gunung Agung semakin besar. Ini ditandai dengan didirikanya gedung tiga lantai di Jalan Kwitang No. 6. Gedung ini diresmikan Sukarno pada 1963. Pada tahun yang sama, Tjoe Wie Tay mengubah namanya menjadi Masagung.

Gunung Agung menjadi penerbitan buku autobiografi Sukarno yang ditulis oleh jurnalis AS, Cindy Adams dengan judul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat. Penerbitan buku karya Sukarno kemudian dilanjutkan oleh GA dan GA juga tercatat sebagai penerbit buku autobiografi/biografi tokoh-tokoh bangsa Indonesia.

Dikutip dari berbagai sumber, toko buku legendaris ini kemudian mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1992 dengan kode emiten TKGA. Namun pada 2013 diakuisisi oleh PT Permata Prima Energi. Pengelolaan bisnis toko bukunya kemudian dialihkan ke PT GA Tiga Belas hingga saat ini. 

Sementara PT Gunung Agung Tbk berubah nama menjadi PT Permata Prima Sakti Tbk pada Februari 2013. Melalui anak usahanya PT Permata Energy Resources, perseroan mengubah kegiatan usaha utamanya dari perdagangan dan percetakan menjadi pertambangan dan perdagangan hasil tambang. 

Namun PT Permata Prima Sakti Tbk delisting dari Bursa pada 15 November 2017 setelah empat tahun bertahan. Perseroan delisting setelah sahamnya disuspensi selama lebih dari 2 tahun. 

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel vozpublica untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
vozpublica Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program vozpublica.id Network. Klik lebih lanjut