Get vozpublica App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Potret Prabowo Mampir ke Toko Buku di Washington DC, Beli Apa?
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Haji Masagung, Mualaf Pendiri Toko Gunung Agung, Awalnya Jualan Rokok dan Bir

Senin, 22 Mei 2023 - 14:26:00 WIB
Kisah Haji Masagung, Mualaf Pendiri Toko Gunung Agung, Awalnya Jualan Rokok dan Bir
Kisah Haji Masagung, mualaf pendiri Toko Gunung Agung, awalnya jualan rokok dan bir. Foto: Toko Gunung Agung/IG Gunung Agung
Advertisement . Scroll to see content

Kemudian, Wie Tay bersama Kie Hoat mendirikan toko buku sendiri yang diberi nama Gunung Agung, yang berarti besar. Toko buku itu terus berkembang pesat, bahkan kerap menerima pesanan dari luar kota.

Saat peresmian Toko Gunung Agung, Wie Tay menggelar pameran buku. Dengan modal Rp500.000, Gunung Agung mampu memamerkan kurang lebih 10.000 buku. Setahun setelahnya, Wie Tay kembali menggelar pameran buku yang lebih besar bernama Pekan Buku Indonesia 1954. 

Pada pameran ini, Gunung Agung (GA) memulai tradisi penyusunan bibliografi (daftar buku lengkap) dalam bentuk katalog. Bahkan, GA membentuk tim khusus bernama Bibliografi Buku Indonesia yang dipimpin Ali Amran, yang juga menjadi kepala bagian Penerbit PT Gunung Agung. 

Lewat pameran tersebut, Wie Tay berkenalan dengan Presiden dan Wakil Presiden pertama RI, Soekarno dan Mohammad Hatta. Dari perkenalan itu, Gunung Agung dipercaya menggelar pameran buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa tahun 1954. 

Gunung Agung pun semakin berkembang pesat dengan mendirikan gedung tiga lantai di Jalan Kwitang No. 6. Gedung baru Gunung Agung tersebut diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 1963.

Pada tahun yang sama, Wie Tay mengubah namanya menjadi Masagung. Dia kemudian memutuskan memeluk Islam pada 1967. Usai menjadi mualaf, Wie Tay mendirikan lembaga amal bernama Yayasan Idayu dan Pusat Informasi Islam, juga membangun banyak masjid dan panti asuhan. 

Namun, setelah kurang lebih 70 tahun berdiri, toko buku Gunung Agung bangkrut dan akan segera menutup seluruh outletnya karena terus mengalami kerugian. Penutupan gerai bahkan sudah dilakukan sejak 10 tahun lalu, dan terus meningkat saat pandemi Covid-19 melanda.

Sejak awal pandemi, perusahaan telah melakukan langkah efisiensi dengan menutup beberapa outlet di beberapa kota, seperti Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta. Kini tersisa lima gerai Toko Buku Gunung Agung yang semuanya akan ditutup pada akhir tahun ini. 

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel vozpublica untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
vozpublica Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program vozpublica.id Network. Klik lebih lanjut