JAKARTA, vozpublica.id - Ekonom Indef Ariyo Irhamna menilai pemerintah Presiden Prabowo Subianto sulit untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Hal itu dikarenakan banyaknya penghambat dalam pemerintahannya.
Menurut Ariyo, penghambat pertama adalah jumlah kabinet yang gemuk, lebih dari 100 personel. Jumlah ini dinilai kurang efektif sehingga pertumbuhan ekonomi dirasa akan sulit digapai.

Indonesia Dorong UE Adopsi Hasil Panel WTO terkait Sengketa Biodiesel
"Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 8 persen di era Prabowo menjadi imajinatif setelah kabinet yang dibentuk menjadi lebih dari 100 personel. Faktor efisiensi dan efektivitas menjadi penghambat dengan banyak hal terutama penyesuaian-penyesuaian di masing-masing kementerian," ucap dia dalam Diskusi Online Universitas Paramadina dan Indef, Senin (23/12/2024).
Tak cuma itu, Ariyo juga menyoroti perlunya harmonisasi kebijakan dalam strategi penguatan domestic value change dari sektoral industri hulu dan hilir. Sebab, di RPJPN telah diamanatkan untuk jadi negara maju sehingga peranan pertumbuhan industri 2025-2029 mencapai 30 persen pertumbuhan industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi.

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2025 di Kisaran 4,8-5,6 Persen
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku