JAKARTA, vozpublica.id - Industri fesyen sedang mengalami pertumbuhan yang pesat dan memberikan kontribusi signifikan pada ekonomi. Namun, perlu diakui industri ini juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan, termasuk emisi karbon dan pencemaran lingkungan.
Menurut PBB, industri mode menempati peringkat kedua sebagai industri yang paling berpolusi, dengan menyumbang 8 persen dari total emisi karbon dan 20 persen dari total air limbah global.
Untuk mengatasi dampak negatif ini, berbagai upaya telah dimulai sebagai bentuk penebusan atas dampak buruk industri fesyen terhadap lingkungan. Salah satunya adalah menerapkan sustainable fashion.
Sustainable fashion adalah ide yang mencerminkan kasih sayang terhadap lingkungan, yang tidak hanya diterapkan dalam gaya hidup berkelanjutan, tetapi juga dalam pemilihan pakaian. Tujuan dari konsep ini adalah untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan proses produksi pakaian.
Di Indonesia, semakin banyak desainer dan label yang mengadopsi sustainable fashion sebagai prinsip dalam proses kreatif dan bisnis mereka. Bahkan, gelaran fashion di Indonesia juga semakin sering mengusung tema ramah lingkungan.
Salah satu contoh acara fashion yang mengusung prinsip sustainable adalah Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) 2023. JF3 2023 diselenggarakan pada 17 hingga 19 Juli di Summarecon Mall Serpong dan 21 hingga 26 Juli di Summarecon Mall Kelapa Gading. JF3 2023 berupaya mendukung eksistensi industri mode Indonesia dengan melibatkan Indonesian Fashion Chamber (IFC).
IFC berperan aktif mendukung penyelenggaraan JF3 tahun ini dengan tujuan mendorong ekosistem mode Indonesia agar dapat bersaing di industri mode global dan memperkuat posisi Indonesia di pasar mode internasional.
Bagi IFC, sustainable fashion menjadi perhatian penting. IFC mendorong para member-nya untuk menerapkan konsep sustainability, salah satunya dengan mengarahkan para member menggunakan wastra Indonesia.
"IFC memberikan kebebasan kepada member untuk memakai wastra asli atau tidak. Namun, IFC selalu mengarahkan member untuk memberikan edukasi kepada konsumennya yang benar dan jujur (dalam) memberi keterangan pada produknya. Misalnya, apakah batik tulis, cap, atau tekstil print motif batik," kata Riri Rengganis, Vice Executive Chair IFC.