Lebih lanjut, menurut Syarah H Andriani selaku Kepala Cabang IFI Wijaya, lukisan Gadis lebih dari permainan warna. Sebab, seluruh karyanya merupakan perjalanan hidup dengan goresan penuh warna.
"IFI Wijaya menyambut baik hadirnya karya lukis Gadis Dharsono pada pameran tunggal perdananya ini. Kami punya komitmen kuat terhadap inklusivitas," ujar Syarah.
Timotius Suwarsito selaku kurator pameran menerangkan, sebagai seorang pelukis disabilitas, Gadis memperlihatkan perjuangan tak kenal lelah untuk menyelesaikan karya demi karya.
Ya, dalam pengerjaannya, Gadis memerlukan waktu satu hingga dua bulan untuk bisa menyelesaikan lukisan.
Bukan waktu yang sebentar, karena untuk sekadar mengangkat kuas Gadis memerlukan effort yang luar biasa, serupa mengangkat dumble 5 kilogram. Ini terjadi karena keterbatasan yang dimiliki Gadis.
"Makanya, mengangkat kuas bagi Gadis perlu perjuangan tersendiri. Hasil goresannya memang jadi lebih berbeda. Garisnya jadi lebih bebas, menari tanpa sketsa," kata Kak Toto, sapaan akrab Timotius Suwarsito.