Karya mereka adalah Super App dengan fokus pada desain UI/UX yang mengintegrasikan banyak modul dalam satu aplikasi, yaitu transportasi, belanja, makanan, pesan singkat, pembayaran digital, media sosial, dan lainnya.
Mereka juga menyertakan konsep Social Commerce, memungkinkan pengguna melihat produk melalui review dari pengguna lain dan membeli langsung tanpa berpindah aplikasi.
Tim ini menghadapi tantangan dari segi waktu karena kategori lomba baru diumumkan beberapa minggu sebelum batas pendaftaran. Persiapan mereka terutama berupa penyusunan CV, portofolio, userflow, dan esai singkat.
Setelah lolos ke final, mereka diberikan waktu sekitar 36 jam (format hackathon) untuk membuat prototipe di tempat, sambil tetap menjaga kualitas desain dan struktur kerja. "Selama 36 jam itu kami hanya fokus mengerjakan proyek, termasuk makan dan istirahat di tempat yang sudah disediakan panitia," ungkap Noufal.
Prestasi di Teknofest 2025 ini menegaskan kapasitas mahasiswa Indonesia dalam menjawab tantangan global melalui inovasi teknologi. Baik lewat aplikasi kesehatan mental, sistem partisipasi publik berbasis AI, maupun desain super app yang terintegrasi, semua karya tersebut menunjukkan kreativitas, adaptasi, dan kualitas intelektual generasi muda bangsa.
Pencapaian ini bukan hanya membawa nama baik Indonesia di ajang internasional, tetapi juga menjadi bukti bahwa mahasiswa Indonesia siap bersaing dan berkontribusi dalam pengembangan teknologi dunia.