Melalui langkah ini, Suzuki Indonesia mengukuhkan slogan "Buatan Indonesia, Mendunia", membuktikan bahwa hasil industri otomotif dalam negeri mampu bersaing di pasar global sekaligus menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.
Tantangan Kendaraan Komersial
Di sisi lain, Industri otomotif Indonesia saat ini menghadapi tekanan sepanjang 2024. Berdasarkan data yang ditampilkan Suzuki Indonesia, pasar mobil nasional mengalami penurunan signifikan sebesar 17 persen dibandingkan tahun 2022. Bahkan, segmen komersial seperti low pick-up tertekan lebih dalam dengan penurunan hingga 36 persen.
Penurunan ini tercermin dari data produksi dan wholesales kendaraan yang terus merosot sejak 2022. Khusus untuk segmen low pick-up, jumlah wholesales turun dari 160.171 unit pada 2022 menjadi hanya 101.327 unit di 2024. Angka produksi pun ikut melemah dari 149.726 unit menjadi 101.572 unit pada periode yang sama.
Di sisi lain, struktur pajak kendaraan di Indonesia turut menjadi sorotan. Ketimpangan pada skema pajak antara kendaraan komersial dan penumpang dinilai menciptakan beban yang tidak seimbang. Tarif pajak kendaraan bisa mencapai 41 persen, tergantung kategori dan jenis kendaraan.
Suzuki menilai perlunya penyelarasan struktur pajak agar harga kendaraan menjadi lebih terjangkau di tengah daya beli masyarakat yang melemah.
Tak hanya pasar dan pajak, sektor pembiayaan kendaraan juga mengalami tekanan. Berdasarkan data OJK per Desember 2024, total kredit kendaraan tercatat sebesar Rp142,09 triliun, naik 22,5 persen dari tahun sebelumnya. Namun, peningkatan ini diikuti lonjakan jumlah kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) yang mengkhawatirkan.
Total NPL naik drastis sebesar 81,7 persen, dari Rp1,75 triliun di 2022 menjadi Rp3,19 triliun di 2024. Rasio NPL pun meningkat dari 1,5 persen menjadi 2,2 persen.
Kondisi ini memaksa perusahaan pembiayaan memperketat skema cicilan, khususnya uang muka. Akibatnya, kemudahan dalam memiliki kendaraan makin sulit diakses, terutama di tengah tekanan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi.
Meski ada upaya pemulihan pasar pada masa lalu, seperti rebound signifikan pada 2021, namun tekanan dari penurunan volume, tingginya pajak, hingga masalah pembiayaan membuat 2024 menjadi masa kritis bagi industri otomotif Indonesia.
Khususnya low pick-up, menghadapi tantangan berat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Gaikindo dan OJK, penjualan ritel kendaraan low pick-up mengalami penurunan signifikan sejak 2023, dengan angka wholesales turun dari 149.726 unit di 2022 menjadi 116.986 unit di 2023. Produksi pun mengikuti tren yang sama, anjlok ke 132.601 unit dari 160.171 unit di tahun sebelumnya.
Suzuki pun berharap pemerintah memberikan kebijakan kepada industri otomotif di sektor kendaraan niaga yang banyak membantu pelaku industri khususnya UMKM, sehingga memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan perekonomian nasional.