GROBOGAN, vozpublica.id - Ratusan warga Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Grobogan, Jawa Tengah, akhirnya bisa bernapas lega setelah sekian lama mengalami kesulitan air bersih. Mata air yang berada di kawasan hutan Perhutani RPH Jurug, KPH Gundih, berhasil ditemukan dan kembali dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selama bertahun-tahun, warga harus mengandalkan air hujan atau menempuh perjalanan sejauh dua kilometer ke dalam hutan demi mendapatkan sumber air. Bahkan, sebagian warga terpaksa menggunakan air keruh dari sungai untuk bertahan.
Berkat mata air yang kini disebut Sendang Dawang, warga tidak perlu lagi menghadapi kesulitan yang sama. Penemuan Sendang Dawang terjadi beberapa tahun lalu saat wilayah tersebut dilanda kekeringan panjang.
Kepala RPH Jurug sekaligus Ketua Pengelola Mata Air Sendang Dawang, Teguh Heri Susanto mengatakan, mata air ini dapat memenuhi kebutuhan 800 kepala keluarga (KK) di Desa Bandungharjo.
Meski akses menuju lokasi awalnya sulit akibat rimbunnya hutan dan semak belukar, warga bergotong royong membangun jalur setapak dari desa ke sumber mata air. Mata air ini diyakini sebagai peninggalan zaman kolonial Belanda, yang dahulu digunakan untuk keperluan pasukan Belanda di Grobogan.
Untuk memastikan distribusi air yang lebih lancar, warga bersama Perhutani KPH Gundih membangun saluran pipa dari mata air ke desa. Air dialirkan ke tandon penampungan berukuran besar sebelum didistribusikan ke rumah-rumah warga melalui pipa-pipa kecil.
"Sendang Dawang ini mata air peninggalan zaman Belanda diperuntukkan Perhutani KPH Gundih dan saat itu Perhutani tidak memakai akhirnya dipakai warga," ujar Teguh Heri Susanto, Senin (9/6/2025).