JAKARTA, vozpublica.id - Danjen Kopassus 1983-1985, Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar, merupakan pewira tinggi TNI yang disegani semasa bertugas. Dia kenyang dengan pengalaman tempur dan penugasan di berbagai medan operasi.
Wismoyo dikenal loyal terhadap teman dan orang terdekatnya sejak kecil. Sifat itu terbawa hingga dirinya beranjak dewasa dan memimpin pasukan di TNI.
Dia pernah bertugas dalam penumpasan pemberontak bersenjata PGRS/Paraku di Kalimantan, G30S/PKI, Operasi Guntur, Operasi Kilat 1 menumpas komplotan DI/TII pimpinan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan hingga Operasi Wibawa di Irian Barat atau Papua.
Wismoyo juga dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan religius. Dalam buku berjudul Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar: Sosok Prajurit Sejati yang diterbitkan Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat (Disjarahad), Wismoyo disebut selalu menjalankan ibadah puasa sunah dan salat malam meski berada di medan operasi.
Ibadah itu dilakukan untuk meminta petunjuk Sang Ilahi agar operasi berjalan lancar dan aman. Tidak jarang, Wismoyo juga mengingatkan anak buahnya untuk selalu dekat dengan Sang Pencipta.
”Kapten Inf Wismoyo selalu menerapkan disiplin kepada anak buahnya. Di samping itu, dalam operasi selalu melaksanakan puasa sunah dan sholat malam mohon petunjuk agar operasi berjalan dengan lancar dan aman,” bunyi kisah dalam buku tersebut, dikutip Senin (16/9/2024).
Keinginan Wismoyo menjadi tentara tidak terlepas dari faktor lingkungan. Selain pernah tinggal di dekat asrama tentara di Madiun, Jawa Timur, rumah Wismoyo seringkali didatangi pamannya bersama Bambang Sugeng, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ke-3, saat bergerilya melawan Belanda.
Faktor-faktor itu kemudian membuat tekad Wismoyo untuk terjun ke militer bulat. Dia lalu lulus dari Akademi Militer Nasional (AMN), kini Akademi Militer (Akmil), pada 1960 dengan pangkat Letnan Dua (Letda).