Tak berhenti dengan budidaya ikan sistem bioflok, anggota Komisi IV DPRD Sulteng ini kini mengembangkan peternakan ayam petelur dengan sistem modern. Kandang mungil berkapasitas 24 ekor ayam, cukup ditempatkan di halaman rumah tanpa menganggu lingkungan tetangga.
“Ayam, pakan dan kandangnya kami siapkan. Setelah tujuh bulan, sudah produksi, bisa berpenghasilan tetap,” katanya.
Lebih jauh, Marselinus menyebut program-program tersebut sebagai bentuk nyata fungsi legislatif. Bukan sekadar mengawasi atau mengesahkan anggaran, tetapi harus menyampaikan pokok pikiran rakyat dalam bentuk program nyata. “Jangan cuma buka jendela mobil saat kampanye saja. Setelah terpilih, jendelanya ditutup,” ucapnya.
Dengan pengalaman di bengkel cat dan body mobil selama 20 tahun, dia mengaku paham betul lika-liku ekonomi rakyat kecil. Tak heran jika programnya selalu berangkat dari kebutuhan warga.
“Sebagai anggota DPRD harus betul-betul turun ke lapangan. Menanyakan kepada masyarakat, apa sih yang mereka inginkan. Nah, di situlah akan muncul ide-ide program dari masyarakat, karena setiap daerah itu pasti berbeda-beda,” kata Marselinus menyemangati para wakil rakyat lainnya agar terus berinteraksi dengan publik.
Kini, dia tengah mendorong sinergi dengan Pemkot Palu dan perusahaan swasta. Targetnya, Kota Palu bisa menjadi penyangga pangan untuk Ibu Kota Nusantara (IKN). Optimisme itu muncul saat dirinya berkunjung ke salah satu perusahaan tambang di Morowali yang membutuhkan 10 ton ikan air tawar per hari untuk konsumsi 70 ribu karyawannya.