Sebelumnya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, kemunduran awal musim kemarau tahun ini terutama disebabkan kondisi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, yang seharusnya merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Dwikorita menjelaskan, wilayah Sumatera dan Kalimantan justru telah mengalami beberapa dasarian berturut-turut dengan curah hujan yang lebih rendah dari normal, sehingga indikasi awal musim kemarau lebih cepat terlihat di wilayah tersebut dibanding wilayah selatan Indonesia.
Namun demikian, pada April hingga Mei 2025, beberapa wilayah di Indonesia bagian selatan memang mengalami kondisi curah hujan Atas Normal, termasuk Sumatera Selatan, Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Kalimantan, sebagian wilayah Sulawesi, dan Papua bagian selatan. Pola ini menunjukkan bahwa transisi musim kemarau tidak berlangsung seragam di seluruh Indonesia.