Pada 1839, Raden Saleh dikirim oleh pemerintah Belanda untuk menjelajahi Eropa. Dia singgah di beberapa kota, mulai dari Dusseldorf, Frankfurt, dan Berlin di Jerman, hingga akhirnya ia jatuh hati pada kota Dresden. Dia memilih untuk tinggal di sana selama lima tahun.
Berada di Dresden membuatnya merasa seperti orang yang berharga. Sebagai seorang seniman dan pribadi yang memiliki identitas yang kuat, seperti orang Asia, orang Jawa, dan orang Islam, memberinya kebebasan untuk menunjukkan siapa dirinya.
Raden Saleh menjadi sangat dekat dengan Mayor Friedrich Anton Serres dan istrinya Friederikadi Maxen, ketika berada di Dresden. Antoon Serres dan keluarganya membangun Blaue Hausel sebagai musala untuk mengenangnya.
Hal tersebut sebagai tanda persahabatan mereka. Tulisan di dalamnya adalah karya Raden Saleh dalam bahasa Jawa dan Jerman. Dikatakan "Hormati Tuhan, Cintai Manusia".
Raden Saleh kemudian berangkat ke Perancis pada 1845 dan tinggal di sana selama lima tahun. Di sana, dia dengan cepat memperoleh pemahaman dan pengetahuan artistik. Gayanya dipengaruhi oleh seni romantis Eugene Delacroix yang banyak menekankan drama dalam lukisannya.
Selain Prancis, dia juga menghabiskan waktu di Aljazair bersama seorang pelukis terkenal bernama Horace Vernet. Dari perkenalan itu dia mendapatkan inspirasi untuk lukisannya dari adegan perkelahian hewan buas.
Ketika Raden Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1851, cara berpikir dan berperilakunya telah berubah. Melalui kiprahnya di Eropa, dia menjadi salah satu seniman penting dalam sejarah Indonesia.
Biografi Raden Saleh Syarif Bustaman kemudian menceritakan pada tahun 1815, dia kembali ke Hindia Belanda dan diberi tugas mengurus “Koleksi Benda Seni”. Dia menikah dengan Winkleman, wanita asal Eropa pada tahun 1853 atau 1854, namun pernikahan tersebut tidak bertahan lama dan Raden Saleh menyuruhnya pergi.
Kemudian pada 1868, dia menikah dengan Raden Ayu Danoediredjo, seorang wanita Jawa Keraton Yogyakarta yang berasal dari keluarga kaya.
Raden Saleh dan istrinya pergi ke Eropa lagi pada 1875, bahkan mereka pergi ke Italia sebelum kembali ke Jawa pada 1878. Raden Saleh meninggal pada 23 April 1880, dua tahun setelah kembali ke Jawa.
Raden Saleh meninggal akibat adanya sumbatan di dekat jantungnya, sehingga menghalangi aliran darah dan menyebabkan kematiannya.