KIEV, vozpublica.id – Kementerian Dalam Negeri Ukraina pada Jumat (15/12/2023) memasukkan pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill, dalam daftar orang yang dicari. Langkah itu menyusul pernyataan Dinas Keamanan Ukraina (SBU) yang menuduhnya bersekongkol dengan Moskow dalam konflik Rusia-Ukraina.
Reuters melansir, tindakan tersebut murni bersifat simbolis karena Patriark Kirill menetap di Rusia dan tidak berada dalam ancaman penangkapan. Kendati demikian, ini menjadi langkah terbaru dalam kampanye Ukraina untuk mencabut pengaruh para pendeta yang dituduh memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan menumbangkan masyarakat Ukraina.
Sebuah unggahan di daftar orang yang dicari Kementerian Ukraina antara lain mengidentifikasi nama Kirill, sembari menunjukkan jubahnya. Kiev juga menggambarkannya sebagai “seorang individu yang bersembunyi dari badan investigasi pra-sidang.” Dikatakan pula bahwa Kirill telah “hilang” sejak 11 November.
Kekristenan Ortodoks adalah agama dominan di Ukraina. Pihak berwenang di Kiev telah meluncurkan kasus pidana terhadap para pendeta yang terkait dengan cabang gereja Ortodoks yang dulunya terkait langsung dengan gereja Rusia dan Kirill.
Parlemen di Kiev sedang mempertimbangkan rancangan undang-undang yang akan melarang cabang gereja tersebut. Sementara Gereja Ortodoks Ukraina menyatakan telah memutuskan semua hubungan dengan Moskow pada Mei 2022.
SBU bulan lalu mengeluarkan dokumen yang mengatakan Kirill melanggar kedaulatan Ukrain. Itu karena posisinya sebagai bagian dari rombongan terdekat kepemimpinan militer dan politik Rusia.
Aparat keamanan Ukraina telah meluncurkan penyelidikan puluhan kasus kriminal. Di antaranya terdapat tuduhan pengkhianatan terhadap para pendeta dan pejabat yang terkait dengan cabang gereja yang terkait dengan Moskow.