Bahaya Ekstremisme dan Anti-Barat
Menurut Altun, intervensi AS berperan dalam menumbuhkan xenofobia, sikap anti-Barat, dan permusuhan terhadap negara-negara Barat, termasuk sentimen anti-Amerika yang terus meningkat. Hal ini, menurutnya, menjadi lahan subur bagi kelompok-kelompok ekstremis untuk merekrut dan menyebarkan ideologi kekerasan mereka.
"Alih-alih menahan laju perang dan kekerasan, AS justru terlihat mengikuti jejak jaringan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Jika ini terus terjadi, maka harapan atas perdamaian global akan semakin jauh dari kenyataan," ujarnya.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan bahwa serangan ke fasilitas nuklir Iran bertujuan membatasi kemampuan senjata nuklir Teheran. Namun, banyak pihak menilai tindakan itu justru bisa memicu reaksi balasan dari Iran dan sekutunya, serta membuka peluang terjadinya eskalasi besar-besaran, termasuk dalam bentuk serangan tidak konvensional.
Kekhawatiran Global Meningkat
Pernyataan keras dari Turki memperkuat kekhawatiran komunitas internasional bahwa konflik antara AS dan Iran bisa membawa dampak lanjutan yang jauh lebih luas. Selain ancaman perang terbuka, ada risiko peningkatan serangan teror dari kelompok-kelompok radikal yang merasa terdorong untuk membalas dominasi militer negara-negara Barat.
Dengan meningkatnya ketegangan dan ketidakpastian, para pengamat memperingatkan bahwa dunia kini menghadapi situasi yang sangat rapuh, di mana satu langkah keliru bisa memicu rantai kekerasan global yang sulit dihentikan.