SEOUL, vozpublica.id - Mantan diplomat Korea Utara (Korut) Tae Yong Ho yang membelot ke Korea Selatan (Korsel) diangkat sebagai pemimpin dewan penasihat presiden untuk unifikasi. Jabatan tersebut setingkat wakil menteri.
Pria 62 tahun itu menjadi pembelot Korut yang mendapat jabatan tertinggi di Korsel serta menjadi orang pertama yang diberi jabatan wakil menteri.
Sebelunnya Tae menjabat Wakil Duta Besar Korut untuk Inggris sebelum kabur ke Korsel pada 2016. Sejak itu Korut mengecam Tae sebagai sampah dan menuduhnya menggelapkan uang negara serta melakukan kejahatan lainnya.
Karier Tae di Korsel tak langsung mentereng. Dia ikut bersaing untuk memenangkan kursi di parlemen Majelis Nasional pada 2020.
Tae menjadi mantan warga Korut pertama yang memenangkan kursi parlemen Korsel. Namun dia gagal mempertahankan kursinya untuk masa jabatan kedua dalam pemilu pada April 2024. Meski demikian, dia kini mendapat peran baru sebagai penasihat di kantor Presiden Yoon Suk Yeol.
“Dia adalah orang yang tepat untuk membantu menetapkan kebijakan unifikasi secara damai berdasarkan demokrasi liberal serta menggalang dukungan dari dalam dan luar negeri,” bunyi pernyataan kantor kepresidenan Korsel, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (20/7/2024).
Pria kelahiran Pyongyang tahun 1962 itu sudah diberi kepercayaan sebagai diplomat Korut sejak usia 27 tahun. Dia menghabiskan hampir 30 tahun bekerja di misi luar negeri, bekerja di bawah tiga pemimpin Korut dinasti Kim.
Dia mengatakan sengaja meninggalkan Korut karena tidak ingin anak-anaknya menjalani kehidupan yang menyedihkan. Dia juga mengungkapkan rasa jijiknya terhadap rezim pemimpin Kim Jong Un serta memuji habis-habisan demokrasi Korsel.