WASHINGTON, vozpublica.id – Di tengah memanasnya konflik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, perhatian dunia tertuju pada senjata super yang kemungkinan akan digunakan menyerang fasilitas nuklir Iran. Salah satu senjata tersebut adalah bom penghancur bunker terbesar milik AS, yakni Massive Ordnance Penetrator (MOP).
Bom yang memiliki berat hampir 14 ton ini dirancang khusus untuk menghancurkan target di bawah tanah, seperti fasilitas nuklir yang dikubur sangat dalam dan dilindungi lapisan beton tebal. Dengan panjang sekitar 6 meter dan muatan peledak lebih dari 2,5 ton, MOP menjadi jawaban militer AS untuk menembus sistem pertahanan bawah tanah yang sangat kokoh.
Fasilitas pengayaan uranium Iran, seperti Natanz dan Fordow, telah lama menjadi sorotan dunia internasional karena diyakini menjadi pusat aktivitas nuklir Iran yang kontroversial. Lokasi-lokasi ini dibangun jauh di bawah permukaan tanah dan diperkuat sedemikian rupa untuk menghindari serangan udara konvensional.
MOP dikembangkan dengan tujuan khusus untuk menyerang sasaran seperti itu. Berbeda dengan bom biasa, MOP menjatuhkan muatan dari ketinggian dan menembus beberapa lapisan tanah dan beton sebelum meledak di dalam target.
Kemampuan penetrasinya disebut bisa mencapai sekitar 60 meter beton atau lebih dari 100 meter tanah, menjadikannya senjata andalan dalam operasi preemptive terhadap fasilitas bawah tanah.