Dia melaporkan, ekonomi Amerika Serikat (AS) masih tumbuh kuat dan bahkan lebih kuat, sementara ekonomi Eropa masih mengalami pelemahan. Adapun pertumbuhan ekonomi China terakselerasi menjadi 5,4 persen year-on-year (yoy).
“Ini perkembangan positif, didorong stimulus ekonomi dari pemerintah China,” tuturnya.
Arah kebijakan pemerintahan baru AS di bawah Donald Trump, juga Federal Reserve, ujar Sri Mulyani, juga menjadi faktor yang memberikan pengaruh paling besar pada kondisi ketidakpastian pasar keuangan global.
Adapun dampak kebijakan tarif yang dilakukan di AS, diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap proses disinflasi.
“Dengan demikian inflasi AS masih dalam level yang kuat,” kata dia.