"Ini adalah yang dikeluarkan April lalu. Pertumbuhan ekonomi negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa diperkirakan agak sedikit lebih baik dari proyeksi sebelumnya," tutur Sri.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi China tetap sama, namun risiko tertahannya konsumsi dan investasi khususnya di sektor properti dari China akan menghambat dan perlu diwaspadai.
"Tekanan inflasi dari negara-negara maju masih relatif tinggi meski ada tren penurunan. Ini dipengaruhi perekonomian yang masih tetap kuat dan pasar tenaga kerja yang relatif ketat," kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Hal ini mendorong kenaikan suku bunga moneter negara maju, dan Fed Funds Rate sudah menaikkan 25 bps baru-baru ini. Perkembangan ini membuat aliran modal ke negara berkembang lebih selektif berpotensi meningkatkan tekanan termasuk nilai tukar di negara berkembang, termasuk ke Indonesia.
"Oleh karena itu diperlukan penguatan respons kebijakan untuk kita dapat memitigasi risiko rambatan global," ujarnya.