Bahkan, S&P Global merilis Purchasing Manager’s Index atau PMI Manufaktur Indonesia bulan Juli 2024 sebesar 49,3. Level tersebut turun dibandingkan Juni 2024 sebesar 50,7.
"Kondisi ini ada miss policy atau kesalahan desain kebijakan, kenapa sepanjang 9 tahun terakhir kita hanya mampu ngegas ekonomi kita rerata 5,0-5,1 persen," kata dia.
Ryan membandingkan, dengan negara tetangga di ASEAN, seperti Vietnam dan Filipina yang memiliki rerata pertumbuhan ekonomi lebih baik dari Indonesia sebesar 6,5-7 persen per tahun. Padahal, negara di kawasan Asean ini punya tantangan yang sama beberapa tahun belakangan, seperti pandemi Covid 19, hingga terdampak ketegangan geopolitik.
"Memang pertumbuhan ekonomi kita stag di level 5 persen, itu harus menjadi concern kita semua terutama para pengambil kebijakan ke depannya," ujarnya.