Adapun, komoditas impor utama China adalah Udang sebesar 6,29 miliar dolar AS dengan persentase 26,8 persen, disusul Tepung Ikan 2,99 miliar dolar AS, Lobster 1,64 miliar dolar AS, Rajungan-Kepiting 1,56 miliar dolar AS, Salmon-Trout 1,43 miliar dolar AS, dan Cumi-Sotong-Gurita 1,04 miliar dolar AS. Negara pemasok utamanya meliputi Ekuador dengan kontribusi 15,4 persen, disusul Rusia dengan kontribusi 12,6 persen, dan Vietnam dengan kontribusi 8,5 persen.
Kendati masih menempati urutan ke-8, Trenggono mengatakan dengan nilai 1,2 miliar dolar AS dan berkontribusi 5,3 persen, nilai ekspor Indonesia meningkat 28 persen dibanding tahun 2021.
"Pertumbuhan ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor ke China," tuturnya.
Senada, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo menjabarkan, selama periode Januari-September tahun 2023, nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke China mencapai 790 juta dolar AS.
Ekspor tersebut didominasi Rumput Laut sebesar 259 juta dolar AS atau 32,8 persen, Cumi-Sotong-Gurita 223 juta dolar AS atau 28,2 persen, dan Udang sebesar 84 juta dolar AS atau 10,6 persen.
Berikutnya, Kepiting 39 juta dolar AS, Layur-Gulama 28 juta dolar AS, Bawal 10 juta dolar AS, serta Tuna-Cakalang dan Ikan Hias masing-masing 9 juta dolar AS.
"Komoditas ekspor Indonesia yang mengalami tren positif di pasar China antara lain: Cumi-Sotong-Gurita, Udang, Layur-Gulama, Bawal, Tuna-Cakalang, Ikan Hias, Ubur-Ubur, dan Bandeng," ujar Budi.