KULONPROGO, vozpublica.id - Menjadi petani kakao menjadi tantangan bagi Johan Salbiantoro, seorang pria yang memungut pundi rupiahnya dari bertani, hingga berjualan produk biji kakao kering ke pasar. Johan yang tinggal di Desa Banjaroya, Kulonprogo, DI Yogyakarta, sehari-hari memasarkan komoditasnya kepada tengkulak, sehingga diakuinya mendapat harga sangat murah, bahkan di bawah standar.
Hal ini membuat hatinya berkecamuk. Pasalnya selain bercocok tanam, dia juga seorang pengurus kelompok tani Ngudi Rejeki, sebuah organisasi tani lokal sekitar.
Pemberian harga yang murah dinilai berdampak terhadap warga sekitar. Dari dasar inilah Johan memilih mandiri, mengolah kakao untuk mendapatkan nilai tambah.
“Kami dihargai sangat murah, saya tergerak meningkatkan perekonomian para warga, sehingga saya dirikan tempat wisata edukasi ini menjadi showroom produk-produk kakao dari tani,” ujar Johan dikutip dari YouTube CapCapung, Senin (18/12/2023).
Founder dan Owner Taman Kakao Coklat yang dia dirikan menarik perhatian wisatawan, sekaligus para pembeli internasional. Lambat laun, dengan mempekerjakan warga lokal, dia mampu ‘go-global’ untuk memasarkan produknya, seperti ke Prancis, Vietnam, Korea Selatan, Jepang, Uni Emirat Arab, hingga Jepang.
Produk hasil diversifikasi kakao menjadi cokelat yang dipasarkan cukup variatif, mulai dari cokelat manis, pahit, sedang, hingga pahit sekali. Sebagian besar produk yang dijual adalah cokelat siap konsumsi, cokelat batang atau cokelat blok, yang biasanya digunakan untuk kesehatan jantung, tekanan darah, dan menurunkan kolesterol.
“Bedanya yang pahit 100 persen ini murni biji kakao yang diolah tanpa campuran apapun. Ada yang pahit 80 persen itu artinya kandungan biji kakaonya 80 persen, sisanya gula, vanili, hingga mentega kakao,” tuturnya.