Bimo menjelaskan, selama bertahun-tahun Indonesia bergantung pada komoditas mentah, di mana peran sektor manufaktur menurun tajam. Saat itu, kata dia, Indonesia mengandalkan ekspor komoditas mentah, salah satunya ekspor bijih nikel dalam jumlah besar dengan China menjadi tujuan utama.
Olehnya itu, Presiden Indonesia mengarahkan untuk melakukan hilirisasi sumber daya dan cadangan mineral di Indonesia.
“Hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam harus terus dilakukan. Hilirisasi nikel misalnya, telah meningkatkan ekspor besi baja 18 kali lipat. Tahun 2014 hanya sekitar Rp16 triliun, tapi di tahun 2021 meningkat menjadi Rp306 triliun. Di akhir tahun 2022 kemarin, kita harapkan bisa mencapai Rp440 triliun, itu hanya dari nikel,” ucap Bimo.
Setelah nikel, kata Bimo, juga akan didorong hilirisasi bauksit, hilirisasi tembaga, dan timah. Indonesia harus membangun ekosistem industri di dalam negeri yang terintegrasi, yang akan mendukung pengembangan ekosistem ekonomi hijau dunia.
Di tempat yang sama, mewakili manajemen PT IMIP, Manager General Affair (GA) PT IMIP Djoko Suprapto, di hadapan para mahasiswa ia memberikan penjelasan tentang berbagai produk yang dihasilkan dari Kawasan Industri IMIP. Mulai dari nickel pig iron (NPI), steel slab, steel billet, steel HRC, steel HPAL, steel CRC, carbon steel, nickel matte, MHP, electrolytic aluminium, graphite, lithium hydroxide, ferrochrome hingga ferrosilicon.