Get vozpublica App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Jangan Ditiru! Demi Hidup Irit, Mahasiswa Ini Makan Makanan Kucing
Advertisement . Scroll to see content

Perang Harga Mobil Listrik Picu Krisis Besar, Industri Otomotif China di Ujung Tanduk

Sabtu, 31 Mei 2025 - 11:15:00 WIB
Perang Harga Mobil Listrik Picu Krisis Besar, Industri Otomotif China di Ujung Tanduk
Industri otomotif China kini berada di ujung tanduk akibat perang harga mobil listrik yang kian brutal. (Foto: Ilustrasi/Dok vozpublica.id)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, vozpublica.id - Industri otomotif China kini berada di ujung tanduk akibat perang harga mobil listrik yang kian brutal. Salah satu produsen terbesar, BYD, memicu gelombang pemangkasan harga besar-besaran yang mengguncang pasar dan mengancam kelangsungan bisnis para pesaingnya.

Langkah agresif BYD ini membuat kompetitor seperti Great Wall Motor (GWM) terpaksa ikut terlibat dalam strategi penurunan harga untuk bertahan. Namun, strategi ini dinilai bisa membawa industri otomotif China ke arah kehancuran massal, mirip dengan krisis properti Evergrande.

Ketua GWM Wei Jianjun, menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi pasar mobil listrik yang semakin tidak sehat. Dia menyebut penurunan harga yang ekstrem hanya akan memperburuk situasi, karena produsen dipaksa memangkas biaya secara signifikan hingga mengorbankan kualitas produk.

"Sekarang, Evergrande di industri otomotif sudah mulai terjadi, tapi belum sampai pada kebangkrutan," kata Wei dalam pernyataannya. 

Pernyataan ini merujuk pada kehancuran grup properti China Evergrande yang pada 2024 resmi dinyatakan bangkrut setelah gagal membayar utang lebih dari Rp5.000 triliun.

Wei tak menyebutkan secara spesifik produsen mana yang dimaksud. Namun, dia mengungkapkan sejumlah produsen besar di Tiongkok tengah berjuang mempertahankan valuasi pasar dan harga saham mereka. Hal ini dilakukan meskipun harus memangkas harga produk secara besar-besaran dan mempertaruhkan kualitas produksi.

"Beberapa produk telah dikurangi dari 220.000 yuan menjadi 120.000 yuan dalam beberapa tahun terakhir. Produk industri seperti apa yang dapat dikurangi hingga 100.000 yuan dan tetap memiliki jaminan kualitas? Nah, ini sama sekali tidak mungkin," katanya.

Fenomena ini terjadi ketika BYD mengumumkan pemangkasan harga untuk berbagai lini mobil listriknya. Termasuk model Seagull yang populer di China, yang kini dijual hanya sekitar Rp126 jutaan setelah dipotong hingga 20 persen. Tak hanya itu, model hybrid seperti BYD Seal juga mengalami penurunan harga hingga 34 persen, menjadi sekitar Rp232 juta per unit.

Taktik pemangkasan harga ini memang meningkatkan volume penjualan dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, dampaknya bisa sangat destruktif bagi keseluruhan ekosistem industri otomotif di China. Sebab, persaingan harga yang tidak sehat menekan margin keuntungan dan membebani rantai pasok.

Wei Jianjun mengingatkan tekanan terhadap pemasok semakin parah karena produsen kendaraan sering kali menunda pembayaran, bahkan memaksa pemasok menurunkan harga di luar batas wajar. Banyak perusahaan kecil dalam rantai suplai mulai tumbang, karena tidak mampu bertahan di tengah tuntutan biaya rendah dan pembayaran yang tertunda.

Dia menuding sejumlah produsen mobil terlalu fokus pada citra perusahaan dan lonjakan harga saham. Mereka dianggap lebih peduli pada kapitalisasi pasar ketimbang keamanan, kualitas, atau keberlangsungan industri.

Kondisi ini diperparah oleh kenyataan bahwa sebagian besar produsen kendaraan listrik di China masih belum mampu mencetak keuntungan. Meskipun volume penjualan meningkat, sebagian besar masih bergantung pada subsidi atau pembiayaan eksternal, yang kini mulai mengering seiring perlambatan ekonomi global dan ketatnya regulasi finansial di dalam negeri.

Peringatan keras dari tokoh industri seperti Wei Jianjun menyoroti krisis struktural yang tengah dihadapi oleh sektor otomotif Negeri Tirai Bambu. Apa yang tampak sebagai persaingan pasar justru menjadi bom waktu yang bisa menghancurkan seluruh sistem dari dalam.

Perang harga yang terus berlanjut juga menciptakan ekspektasi tidak realistis di kalangan konsumen. Harga mobil listrik yang semakin murah justru berisiko menurunkan persepsi terhadap kualitas dan keamanan produk, sesuatu yang seharusnya menjadi prioritas dalam industri otomotif.

Sementara itu, para analis menilai bahwa upaya produsen seperti BYD untuk memperluas pasar lewat diskon besar bisa berujung pada overproduksi. Ketika pasokan melampaui permintaan, harga bisa jatuh bebas dan menciptakan gelembung ekonomi serupa dengan yang terjadi di sektor properti China.

Pemerintah China dinilai perlu turun tangan untuk mencegah kekacauan lebih besar. Kebijakan regulatif yang lebih ketat terhadap praktik perang harga dan perlindungan terhadap pelaku industri kecil dinilai sangat penting demi menjaga keseimbangan industri kendaraan listrik yang tengah tumbuh pesat.

Jika tidak segera dikendalikan, krisis ini bukan hanya akan menghancurkan para produsen kecil, tetapi juga bisa berdampak pada reputasi global industri otomotif China. Negara yang sebelumnya dipuji karena menjadi pemimpin dalam adopsi kendaraan listrik bisa justru menjadi contoh kegagalan sistemik karena kesalahan strategi pasar.

Di tengah situasi ini, pernyataan Wei menjadi pengingat bahwa kemajuan industri tidak cukup hanya didorong oleh angka penjualan, tapi juga harus memperhatikan kualitas, keamanan, dan keberlanjutan ekosistem bisnis secara menyeluruh.

Editor: Dani M Dahwilani

Follow WhatsApp Channel vozpublica untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
vozpublica Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program vozpublica.id Network. Klik lebih lanjut