JAKARTA, vozpublica.ID - Salah satu tempat yang tidak bisa dilewatkan saat berkunjung ke Kota Dubai adalah Al Shindagha Museum.
Jurnalis vozpublica.id berkesempatan mengunjungi museum ini pada pekan lalu. Terletak di tepi Dubai Creek atau Sungai Dubai, Al Shindagha Museum adalah jendela menuju masa lalu Uni Emirat Arab.

Headline vozpublica.ID: Menikmati Pemandangan Spektakuler Pulau Buatan dari The View Palm Jumeirah Dubai
Museum yang dibuka untuk umum sejak 2019 ini menjadi bagian dari ambisi besar Dubai untuk melestarikan warisan budayanya, tepat di jantung distrik bersejarah Al Shindagha.
Al Shindagha Museum bukan sekadar tempat menyimpan benda bersejarah, tapi ruang hidup yang menghubungkan masa lalu dan masa depan Dubai. Di sini, pengunjung diajak menjelajahi 22 paviliun tematik yang mengangkat sejarah, budaya, dan tradisi lokal, mulai dari kehidupan maritim, perdagangan kuno, hingga kisah keluarga Al Maktoum, pendiri Dubai modern.
Salah satu daya tarik utamanya adalah Paviliun Dubai Creek: Birth of a City, yang menggambarkan transformasi Dubai dari desa nelayan kecil yang mengandalkan mutiara dan hasil laut sebagai sumber pendapatan, menjadi kota metropolitan kelas dunia saat ini.
Teknologi canggih seperti realitas virtual dan augmented reality yang disediakan di museum ini, membuat pengalaman belajar sejarah jadi semakin hidup dan menarik. Pengunjung misalnya bisa seolah melihat langsung penyelam yang mencari kerang mutiara dari dasar lautan dan kembali ke perahunya.
Jika berkunjung ke Dubai, sempatkan datang ke Al Shindagha Museum dan rasakan sendiri perjalanan waktu di kota penuh inovasi ini. Pengunjung usia dewasa dikenakan tiket seharga 50 Dirham Uni Emirat Arab atau saat ini sekitar Rp229.500.
Untuk pelajar berusia hingga 24 tahun dikenakan 20 Dirham Uni Emirat Arab, dan anak-anak berusia di bawah 5 tahun gratis.
Editor: Mu'arif Ramadhan