JAKARTA, vozpublica.id – Sebuah pertunjukan teater musikal bertajuk TARIAKAN diselenggarakan oleh komunitas seni Cerita Beda Hak Sama (CBHS) di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta pada tanggal 1–3 Mei 2025. Pagelaran ini menjadi sorotan karena berlangsung bertepatan dengan peringatan Hari Buruh Internasional, mengangkat kisah perjuangan rakyat dalam balutan tarian dan musik yang menggugah.
Pertunjukan TARIAKAN hadir dalam empat jadwal pementasan, dimulai setiap pukul 19.00 WIB pada ketiga hari, dengan tambahan pertunjukan siang pada 13.00 WIB di hari terakhir (3 Mei 2025). Teater musikal ini menghadirkan pengalaman visual dan emosional yang kuat melalui eksplorasi tema sosial dalam sebuah negara fiktif bernama Nusantari.
Cerita TARIAKAN: Ketika Tarian Menjadi Bahasa Perlawanan
Kisah TARIAKAN berpusat pada kehidupan masyarakat Nusantari, di mana tarian menjadi bahasa utama untuk menyampaikan emosi, pemikiran, dan perlawanan. Nusantari terdiri dari tujuh kelompok masyarakat: Paradewan, Birokrat, Juwita, Kubu Orang Liar (KOL), Petani, Buruh, dan Massa. Harmoni negeri tersebut terguncang ketika Paradewan, kelompok penguasa, mulai bertindak semena-mena dan menindas kelompok lain demi kepentingan mereka sendiri.
Ketegangan dan konflik yang terjadi di Nusantari disuarakan melalui koreografi yang ekspresif dan musik yang mengiringi setiap aksi panggung. Cerita ini menyentuh isu-isu keadilan sosial, kesetaraan, dan kekuasaan—tema yang relevan dengan konteks peringatan Hari Buruh.
Musik Original TARIAKAN: Nada Perlawanan dari Nusantari
Menurut Arvan Fadhlurrahman, selaku Creative Director dari TARIAKAN, menciptakan lagu-lagu original untuk pertunjukan ini merupakan tantangan sekaligus kebanggaan.
Editor: Yudistiro Pranoto