JAKARTA, vozpublica.id - Untuk pertama kalinya, Indonesia memiliki pusat perawatan komprehensif untuk penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD). Fasilitas ini dirancang khusus untuk menangani penyakit kronis seperti kolitis ulseratif dan Crohn’s disease, yang bisa menyebabkan komplikasi parah termasuk kanker usus besar, fistula, hingga kerusakan sistemik. Pendekatan yang diterapkan bersifat multidisiplin, mencakup aspek medis, gizi, dan psikologis secara terpadu.
IBD dikenal sebagai penyakit autoimun yang menyerang usus akibat gangguan sistem imun terhadap mikroflora tubuh sendiri. Meski tergolong langka, jumlah penderita global meningkat dari 3,7 juta menjadi 6,8 juta orang dalam tiga dekade terakhir. “Kami ingin menekan angka keterlambatan diagnosis dan memperbaiki kualitas hidup pasien,” kata Prof. dr. Marcellus Simadibrata, pakar gastroenterologi nasional sekaligus tokoh utama di balik pendirian pusat ini.
Inisiatif pembangunan IBD Center dengan teknologi mutakhir ini dilakukan oleh RS Abdi Waluyo Jakarta yang telah dikenal sebagai rumah sakit rujukan untuk penyakit dalam. IBD Center di rumah sakit ini menyatukan berbagai layanan mulai dari deteksi dini, terapi kombinasi, hingga penanganan komplikasi lanjutan.
IBD Center menjalin kerja sama dengan University of Chicago—pusat riset IBD ternama dunia. Kolaborasi ini menghasilkan pertukaran ilmu dan pengembangan metode terapi baru. Pusat ini juga bermitra dengan R. Simadibrata Gastroenterology Hepatology Center yang dilengkapi sistem diagnostik seperti endoskopi, USG, MRI dan CT scan.
Pendiri utama RSAW dr. Sutrisno T. Subagyo, Sp.PD-JP menyatakan, pihaknya berkomitmen terus meningkatkan kesadaran masyarakat, menyediakan akses bagi pengobatan inovatif, serta bermitra dengan asosiasi medis untuk meningkatkan pengetahuan, diagnostik, dan tatalaksana. ”Hal ini menjadi dasar bagi kami membangun IBD Center, untuk meningkatkan perawatan dan hasil yang terbaik untuk pasien,” katanya
Editor: Yudistiro Pranoto