JAKARTA, vozpublica.id - Vladimir Putin, presiden Rusia menjadi sorotan dunia, bukan saja setelah dia mengumumkan operasi militer terhadap Ukraina pada Kamis kemarin, tapi sejak menempatkan lebih dari 100.000 pasukannya di perbatasan beberapa bulan lalu. Sejak itu negara-negara Barat yakin, serangan skala besar Rusia ke Ukraina hanya menunggu waktu.
Pada Senin lalu, Putin mengakui kemerdekaan dua wilayah di Ukraina yang memisahkan diri yakni Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR), langkah yang diyakini mendekati invasi besar-besaran. Apalagi, pengumuman itu disertai perintah untuk mengirim pasukan.
Setelah mengumumkan operasi militer, Putin mengatakan tidak memiliki pilihan lain selain memerintahkan langkah khusus melawan Ukraina. Menurut dia, semua upaya Rusia sebelumnya untuk mengubah situasi keamanan tidak membuahkan hasil.
Dia sadar betul akan menghadapi sanksi berat dari Barat. Hal itu diungkapkannya kepada para pengusaha Rusia, Moskow terpaksa mengambil tindakan dan sadar ada sanksi yang menanti.
"Rusia tetap menjadi bagian dari ekonomi global," kata Putin, meyakinkan para pengusaha.
Secara umum tujuannya menyerang Ukraina untuk menghilangkan ancaman serius dari Ukraina modern. Untuk itu dia ingin melucuti militer negara tetangga di selatan Rusia itu.
Putin juga mengatakan, tujuan operasi militer ini untuk melindungi orang-orang yang menjadi sasaran intimidasi dan genosida selama 8 tahun terakhir.
Editor: Umaya Khusniah