TERNATE, vozpublica.id - Pabrik nikel sulfat di kawasan operasional Harita Nickel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, resmi beroperasi pada Rabu (31/5/2023). Nikel sulfat merupakan bahan utama penyusun prekursor katoda atau bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.
Hal itu, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara yang mempunyai pabrik nikel sulfat terbesar di dunia, karena memiliki kapasitas produksi 240.000 ton per tahun.
Harita Nickel melalui unit bisnisnya PT Halmahera Persada Lygend (HPL), afiliasi bisnis dari PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) menjadi pionir di industri hilirisasi nikel dengan memproduksi nikel sulfat pertama di Indonesia dan terbesar di dunia.
Peresmian pabrik dilakukan Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto, ditandai dengan penandatanganan prasasti dan dilanjutkan dengan peninjauan operasional produksi nikel sulfat di pabrik dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT HPL.
Dalam sambutannya, Septian mengatakan bahwa yang dihasilkan Harita Nickel merupakan pencapaian bersejarah. "Kita mengulang sejarah dua tahun lalu bersama Menko Marves meresmikan pabrik HPAL pertama. Ini sesuatu yang membanggakan, di mana hari ini kita akan meresmikan nikel sulfat yang merupakan produk turunan dari nikel yang nanti dapat diolah menjadi prekursor," kata Septian dalam keterangannya, Kamis (1/6/2023).
Menurut Septian, keberhasilan ini sangat mengesankan dan luar biasa karena sekaligus menunjukkan bagaimana kolaborasi investor lokal dan investor asing bisa bekerja sama dengan baik. Dia menambahkan, pabrik HPAL di Pulau Obi merupakan salah satu pabrik yang pengelolaan operasionalnya sangat baik.
"Kita lihat pabrik-pabrik HPAL di dunia itu butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa melakukan ramp up capacity tapi di sini dengan teknologi baru ini hanya dalam waktu beberapa bulan bisa meningkatkan kapasitas," ujar Septian.
Selain itu, jajaran Kemenko Marves baru melakukan audit seluruh kawasan industri pertambangan dan di Obi ini merupakan salah satu yang terbaik dalam hal pengelolaan. Dia pun berpesan agar pengelolaan terhadap lingkungan yang baik di Pulau Obi bisa terus dilanjutkan.
Selain itu, kontribusi terhadap masyarakat sekitar serta program-program CSR dan bantuan masyarakat yang tepat sasaran juga terus dipertahankan.
"Saya kira ini akan menciptakan keselarasan dan keharmonisan antara perusahaan dengan masyarakat," ucap Septian.
Direktur PT Halmahera Persada Lygend Tonny H. Gultom menyatakan, Harita Nickel melalui PT HPL yang berkolaborasi dengan Lygend Resources Technology Co., Ltd, kembali mencatatkan sejarah baru setelah pada Juni 2021 menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik dan menjadi industri pionir di Indonesia.
"Kami kembali menancapkan tonggak sejarah baru di mana bapak dan ibu sekalian akan menjadi saksi peresmian dari pabrik nikel sulfat (NiSO4.6H2O) yang juga diproduksi PT Halmahera Persada Lygend," kata Tonny.
Pabrik nikel sulfat di Pulau Obi ini, diklaim Tonny akan menjadi pabrik nikel sulfat pertama di Indonesia sekaligus menjadi yang terbesar di dunia dari sisi kapasitas produksi. Adapun ekspor perdana nikel sulfat, rencananya akan dilakukan pada Juni 2023.
"Dalam hal kapasitas produksi NiSO4, perseroan akan terus melakukan penyempurnaan dan meningkatkan kapasitasnya hingga mencapai 240.000 metrik ton per tahun dengan kandungan nikel metal 54.000 ton per tahun dan ditargetkan tercapai pada pertengahan kuartal II tahun 2023," tutur Tonny.
Editor: Jeanny Aipassa