Heboh! Ulat dan Belatung Muncul di Menu MBG  Bangkalan, Siswa SD Trauma

BANGKALAN, vozpublica.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menuai sorotan setelah ditemukan ulat atau belatung hidup di nasi dan sayuran yang disajikan kepada siswa SDN Bumianyar 1, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. 

Dalam video yang direkam siswa dan viral di media sosial, terlihat jelas belatung berwarna putih keemasan bergerak di nasi putih serta sayuran berupa kol dan wortel dalam kotak makanan MBG. Beberapa siswa yang menyadari keberadaan belatung langsung melapor kepada guru kelas. 

Baca Juga

Gubernur Jabar Ungkap Penyebab Keracunan Massal MBG di KBB: Makanan Sudah Basi

Pihak sekolah mengungkapkan bahwa insiden serupa telah terjadi dua kali, namun baru kali ini terekam dan menjadi perhatian publik. 

“Insiden ini sangat disayangkan. Kami langsung menarik semua kotak makanan yang telah didistribusikan,” ujar perwakilan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) setempat. Pihak sekolah segera menghentikan konsumsi makanan tersebut untuk mencegah risiko kesehatan bagi siswa.

Baca Juga

Viral! Belatung Ditemukan pada Makan Bergizi Gratis di 2 Sekolah Tuban

Wakil Bupati Bangkalan, Fauzan Jakfar, menyampaikan keprihatinan mendalam atas kejadian ini. 

Dia menegaskan bahwa insiden terkait program MBG bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, enam sekolah yakni, tiga SD dan tiga SMA juga menerima distribusi makanan MBG yang diduga basi. 

“Kami tidak akan memberikan toleransi kepada SPPG yang bermasalah. Laporan ini akan kami sampaikan ke Badan Gizi Nasional untuk ditindaklanjuti,” kata Fauzan.

Pemkab Bangkalan juga memerintahkan SPPG untuk mematuhi prosedur standar dalam pengelolaan makanan guna memastikan kelayakan konsumsi. “Kami ingin program MBG ini berjalan baik tanpa mencelakakan siswa. Kejadian seperti ini tidak boleh terulang,” katanya.

Kasus ini memicu kekhawatiran orang tua dan masyarakat terhadap kualitas makanan dalam program MBG. Pihak berwenang kini tengah menyelidiki penyebab kontaminasi dan berupaya mencegah insiden serupa di masa depan.

Editor: Kastolani Marzuki