Uang Logam Pertama di Dunia, Ternyata Bergambar Karakter Mitologi Yunani

JAKARTA, vozpublica.id – Mata uang pertama di dunia dalam sejarah ternyata diciptakan oleh Kekaisaran Lydia kuno. Pada awalnya, koin-koin itu tidak lebih dari sekadar potongan logam dengan ukiran sederhana, yang kemudian berkembang menjadi ukiran artistik yang indah dan menampilkan karakter dari mitologi Yunani.

Mengutip Egypt Today, orang Lydia kuno menemukan koin sebagai alat otentikasi pembayaran. Koin mewakili perubahan mendasar di kehidupan sosial manusia karena penemuan tersebut mewakili bagian penting dari sejarah perdagangan antarmanusia sejak 600 sebelum Masehi (SM). 

Baca Juga

Disebut Salah Baca Data Harga LPG 3 Kg, Begini Respons Menkeu Purbaya

Dalam perkembangannya, koin tersebut menjadi mata uang resmi Kekaisaran Lydia yang digunakan selama bertahun-tahun, sebelum kekaisaran tersebut jatuh ke tangan Kekaisaran Persia.

Berbeda dengan metode yang digunakan untuk barter, koin pertama kali dikeluarkan oleh otoritas pusat atau pemerintah. Koin yang diproduksi orang Lydia kuno terbuat dari emas dan perak. Hal ini terjadi karena mereka memiliki kaitan yang erat dengan Yunani kuno. 

Baca Juga

Sosok Alfie Best Jr, Pengusaha Muda Asal Inggris yang Putuskan Jadi Mualaf

Ketika dibuat dari logam mulia seperti emas, koin memiliki nilai intrinsiknya. Hal ini menjadikan koin sebagai penemuan yang luar biasa karena sulit dipalsukan dan memiliki nilai yang tinggi, baik sebelum diresmikan sebagai mata uang maupun setelah keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Sejarawan numismatik setuju bahwa koin Lydia adalah koin pertama yang dikeluarkan secara resmi dan berfungsi sebagai model untuk hampir semua koin berikutnya di mana pun. Bahkan koin tertua di bumi pun diyakini berasal dari pemerintahan Raja Alyattes yang berkuasa di Lydia dari 619 hingga 560 SM.

Baca Juga

5 Miliarder Muslim Terkaya di Dunia, Ada Pengusaha Amerika

Untuk diketahui, Kekaisaran Lydia ada sebuah provinsi di Asia Kecil Barat, adalah tetangga penduduk Yunani Ionia yang menetap di sepanjang Pantai Barat, yang sekarang disebut Turki. 

Editor: Jujuk Ernawati