Singapura Setop Impor Babi dari RI, Ini Penjelasan Kementan

JAKARTA, vozpublica.id - Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan penjelasan terkait penutupan pintu ekspor ternak babi asal Pulau Bulan, Kepulauan Riau ke Singapura akibat temuan penyakit pada ternak babi berupa African swine fever (ASF) atau flu babi Afrika.
Kepala Barantan, Bambang mengatakan bahwa upaya yang telah dilakukan adalah memberikan pendampingan pelaksanaan disposial, disinfeksi dan pelaksanaan biosekuriti pada eksportir babi ke Singapura. Sejalan dengan itu, pihaknya sudah mencabut Surat Keputusan (SK) PT ITS selaku perusahaan eksportir babi yang mengandung virus ASF, sehingga tanpa SK tersebut perusahaan tidak dapat melakukan ekspor babi ke Singapura.
"Diupayakan pemisahan (babi) yang sehat dan yang sakit dengan subkompartemen, yang sehat nanti sudah bisa dibuka lagi untuk ekspor," kata dia, Selasa (9/5/2023).
Lebih lanjut Bambang mengungkapkan, pencabutan SK Kompartemen akan ditindaklanjuti dengan langkah manajemen risiko investigasi lanjutan secara internal dan langkah mitigasi risiko untuk kemudian dilaporkan ke Direktorat Kesehatan Hewan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Selain itu, juga akan melaporkan terkait kematian babi dan kesehatan hewan di Pulau Bulan kepada Pejabat Karantina.
Adapun PT ITS sebelumnya telah ditetapkan sebagai kompartemen bebas ASF dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Keputusan Nomor 669/KPTS/PK.320/M/11/2021 tentang Penetapan PT ITS Suaka sebagai Kompartemen Bebas dari Penyakit Demam Babi Afrika (African Swine Fever) pada Ternak babi.
Lewat SK tersebut, sebetulnya peternakan babi harus secara berkala melakukan pengujian ASF yang dikirim ke Laboaratorium Veteriner Balai Veteriner Bukittinggi, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Upaya ini menjadi langkah yang strategis mengingat Pulau Bulan merupakan peternakan babi terbesar di Indonesia dan tercatat menyumbangkan 15 persen dari total keseluruhan kebutuhan impor babi di Singapura.
Editor: Jujuk Ernawati