Blusukan ke Pasar Baru Probolinggo, Atikoh Dengarkan Keluhan Harga Kedelai dari Pedagang Tempe

JAKARTA, vozpublica.id - Istri calon Presiden RI Ganjar Pranowo, Siti Atikoh menampung curhatan pedagang tempe soal ketidakstabilan harga kedelai yang menyebabkan stok tempe berkurang dan membuat harganya naik.
Momen itu terjadi ketika Siti Atikoh blusukan di Pasar Baru Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (26/1/2024). Atikoh tiba di lokasi sekitar pukul 07.20 WIB, langsung disambut simpatisan dan warga yang mengenalinya.
Atikoh tampak didampingi Wasekjen DPP PDI Perjuangan Sadarestuwati, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jatim Sri Untari, Ketua DPC PDI Perjuangan Probolinggo Nasution, serta sejumlah caleg dari partai-partai pengusung.
"Harga tempenya stabil Bu, karena harga kedelai juga stabil. Tapi kalau harganya lagi turun itu isinya (kualitas) kurang. Kalau harga kedelai naik, tempenya naik juga sekitar Rp15.000 per-papan," kata pedagang bernama Rofik.
Kepada Atikoh, Rofik berpesan agar stabilitas harga kedelai bisa terjaga. Sehingga tidak terjadi penurunan kualitas tempe ketika harga kedelai turun.
"Karena memang kita kan masih banyak tergantung pada kedelai untuk olahan dari tempe sama tahu. Sehingga harapannya ke depan bisa tercipta kedaulatan kedelai," tutur Rofik.
Sementara itu, harga bawang merah dan bawang putih di Pasar Baru Probolinggo saat ini berkisar Rp30.000 - Rp35.000. Harga tersebut bagi konsumen, terbilang cukup tinggi harganya di daerah penghasil bawang itu.
Siti Atikoh mengatakan kedelai menjadi salah satu komoditas penting karena memiliki kandungan gizi yang melimpah. Masyarakat Indonesia secara umum juga mengkonsumsi olahan kedelai seperti tempe dan tahu.
“Tiap hari masyarakat di Indonesia kan makan tempe, ya, dan ini sudah terbukti secara ilmiah, secara akademis benar-benar superfood. Di mana proteinnya sangat tinggi, lengkap, asam aminonya lengkap sehingga jangan sampai karena ketersediaan bahan bakunya lemah nanti diklaim sama luar negeri jadi produk mereka,” ucap dia.
Atikoh mengatakan, terkait keluhan-keluhan di pasar itu Ganjar-Mahfud berkomitmen mengembalikan fungsi Bulog untuk stabilisasi pangan Tanah Air sebagai upayanya.
“Lebih mengefektifkan Bulog, koperasi, sehingga dari petani itu langsung ke koperasi, ke Bulog dan tidak terlalu banyak rentetannya. Kalau pun ada paling ke pedagang besar dulu, terus nanti titiknya dua atau tiga jangan sampai sembilan seperti sekarang sehingga ketika sampai di konsumen pasti harganya cukup tinggi,” ujar Atikoh.
Editor: Puti Aini Yasmin