Peringatan Bom Atom Hiroshima, Anggota Parlemen Jepang Desak AS Minta Maaf

Anton Suhartono
Fumio Kishida meletakkan bunga dalam peringatan 79 tahun dom atom Nagasaki di Taman Perdamaian Nagasaki, Jepang, Jumat (9/8) (Foto: Kyodo via AP)

TOKYO, vozpublica.id - Anggota majelis tinggi parlemen Jepang Muneo Suzuki mendesak pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta maaf kepada negaranya karena menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Selama ini AS tak pernah meminta maaf atas tragedi tersebut.

"Tahun lalu, KTT G7 diadakan di Hiroshima. Saat itu Presiden (Joe) Biden seharusnya mengatakan, fakta bahwa Amerika Serikat telah menggunakan senjata nuklir, yang tidak bisa diterima untuk digunakan, adalah salah, dan dia seharusnya meminta maaf kepada rakyat Jepang dari lubuk hatinya," kata Suzuki, dalam wawancara bersama Sputnik, Jumat (9/8/2024).

Dia menegaskan, AS seharusnya mengucapkan satu kata maaf saja karena telah menjatuhkan bom atom yang merenggut ratusan ribu nyawa, namun tak pernah terjadi.

"(Mereka) Tidak pernah meminta maaf. Mereka harus meminta maaf," katanya.

Dia juga mendesak Perdana Menteri Fumio Kishida menggunakan upaya diploma untuk memaksa AS meminta maaf. Apalagi, Kishida mengatakan berasal dari Hiroshima dan merasakan dampak dari serangan tersebut.  

"Fumio Kishida sering mengatakan dia adalah perdana menteri dari Hiroshima, yang menderita akibat senjata nuklir. Namun, Amerika Serikat-lah yang membuat Hiroshima menderita akibat senjata nuklir. Dia harus memberi tahu Amerika bahwa mereka harus meminta maaf kepada rakyat Jepang," ujarnya.

Menurut Suzuki, tahu depan adalah momentum karena peringatan bom atom telah memasuki 80 tahun, sehingga AS harus dipaksa meminta maaf.

Pilot pesawat pengebom AS menjatuhkan bom atom di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, masing-masing pada 6 dan 9 Agustus yang menandai berakhirnya Perang Dunia II. Ledakan itu menewaskan sekitar 140.000 dari total 350.000 orang penduduk Hiroshima. Sementara korban tewas di Nagasaki mencapai sekitar 74.000 jiwa. Sebagian besar korban bom atom adalah warga sipil. 

Editor : Anton Suhartono
Artikel Terkait
Internasional
2 hari lalu

Trump Ejek Rusia Negara Macan Kertas, Putin: Lalu NATO itu Apa?

Internasional
2 hari lalu

Putin Soroti Perjanjian Senjata Nuklir dengan AS, Bawa-Bawa Inggris dan Prancis

Internasional
2 hari lalu

Sejarah! Jepang Akan Dipimpin Perdana Menteri Perempuan untuk Pertama Kali, Sanae Takaichi

Internasional
3 hari lalu

Venezuela Siaga, Tuding Jet Tempur Siluman F-35 AS Sengaja Provokasi

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program vozpublica.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal