JAKARTA, vozpublica.id - (Kiri-kanan) Health Division Head PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Muhammad Oki Zuheimi Occupational, Direktur Perencanaan Strategis dan & Pengembangan Bisnis Pertamina NRE Fadli Rahman,Direktur Pengawasan Keuangan Derivaritatif dan Bursa Karbon OJK Lufaldy Ernanda dan Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik saat menjadi pembicara dalam diskusi IDX Carbon Update, di Bursa Efek Indonesia,Jakarta, Kamis (4/7/2024).
Dalam kegiatan ini IDX Channel menggelar IDX Carbon Update dengan tema Menjadikan Bisnis Lebih Berkelanjutan melalui Bursa Karbon. Dimana Memasuki era transisi energi, bursa karbon menjadi salah satu topik yang hangat dibicarakan. Bukan hanya sebagai pelengkap penerapan Environmental Social and Governance (ESG), bursa karbon kini menjadi kebutuhan bagi korporasi yang ingin berinvestasi pada teknologi dan proses bisnis yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Pada prinsipnya, bursa karbon akan mendorong perusahaan untuk menerapkan praktik bisnis yang lebih ramah lingkungan. Dengan melakukan perdagangan bursa karbon, perusahaan yang mengurangi emisi gas rumah kacanya dapat menghasilkan surplus izin atau kredit karbon yang dapat dijual, sehingga meningkatkan profitabilitas.
Pada awal perdagangan bursa karbon yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, bursa karbon yang dijual saat peluncuran sebesar 459.953 ton. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat Volume Perdagangan di Bursa Karbon hingga Mei 2024 sebanyak 608.427 ton setara karbondioksida, adapun nilai transaksi karbon yang diperdagangkan mencapai Rp36,77 miliar.