JAKARTA, vozpublica.id - Sastrawan Ahmad Gaus AF (kanan) dan Agus R. Sarjono saat konferensi pers soal "Lahirnya Angkatan Puisi Esai: Sastra di Era AI & Puisi Esai goes to Germany" yang digelar di Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Di tengah gempuran teknologi dan kecerdasan buatan, banyak jenis sastra terpinggirkan. Namun yang mengejutkan, angkatan puisi esai justru tumbuh subur.
Ini bukan hanya soal bertahan, melainkan puisi esai berkembang menjadi gerakan sastra yang menguat dan potensial berefek lintas zaman.
Pertumbuhan puisi esai itu ditandai oleh jumlah penerbitan buku puisi esai telah mencapai 200 judul sejak dikenalkan ke publik tahun 2012. Pertumbuhan itu juga ditujukan oleh penyelenggara Festival Puisi Esai tingkat internasional sudah empat tahun berturut-turut di Sabah, Malaysia. Sedangkan di Indonesia sudah 3 kali.
Dalam sambutannya, Denny JA menjelaskan bahwa era AI mengubah wajah sastra dunia. Menurut National Endowment for the Arts (NEA) di Amerika Serikat, pembaca novel dan cerpen menurun dari 45,2% pada 2012 menjadi 37,6% pada 2022.